Jumat 05 Apr 2019 14:00 WIB

Pengungsi Suriah Terima Paket Obat dan Pangan dari ACT

Ahad pagi, paket pangan dari ACT yang baru tiba langsung dijajarkan di tanah lapang.

Rep: Zahrotul Oktaviani/ Red: Dwi Murdaningsih
Global Humanity Response (GHR) - Aksi Cepat Tanggap (ACT) membagikan bantuan paket pangan dan obat bagi pengungsi Suriah.
Foto: Dok ACT
Global Humanity Response (GHR) - Aksi Cepat Tanggap (ACT) membagikan bantuan paket pangan dan obat bagi pengungsi Suriah.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Musim penghujan tiba di Kegubernuran Beqaa, Lebanon. Hari-hari yang dingin menjadi tantangan tersendiri bagi para penduduk Beqaa, terutama pengungsi Suriah yang tinggal di kamp-kamp pengungsian di wilayah itu.

Kondisi tersebut dilaporkan oleh perwakilan dari Global Humanity Response(GHR) - Aksi Cepat Tanggap (ACT), Firdaus Guritni. Menurut Firdaus, di musim penghujan seperti ini, suhu di Lebanon bahkan bisa turun hingga mencapai suhu minus.

Untuk membantu para pengungsi Suriah menghadapi musim hujan, ACT kembali memberikan bantuan pangan dan obat ke pengungsi yang tinggal di tenda-tenda pengungsian, Ahad (31/3) lalu. Bantuan itu diperuntukkan bagi 170 kepala keluarga penerima manfaat.

Ahad pagi, paket pangan yang baru tiba langsung dijajarkan di tanah lapang. Para pengungsi yang tinggal di pengungsian setempat pun segera berdatangan.

“Pengungsi yang tinggal di sekitar lapang, mengambil langsung bantuan pangan, lalu sisanya diantarkan ke tenda-tenda. Semua sudah didata sebelumnya, jumlah penerima manfaat sebanding dengan paket pangan yang disediakan,” ujar Firdaus dalam keterangan yang didapat Republika.co.id, Jumat (5/4).

Para pengungsi pun senang dan bersyukur atas bantuan itu. Begitu bantuan datang, mereka langsung berkumpul di tempat pembagian bantuan. Di tengah keramaian itu, seorang ibu mengungkapkan rasa terima kasihnya.

“Kami pengungsi Suriah di Beqaa, berterima kasih kepada orang-orang di Indonesia atas kebaikannya. Semoga Allah memberkahi ikhtiar mereka. Karena di Beqaa, kami menderita sebab hidup dalam kondisi sulit,” ujar dia.

Musim dingin selama ini memang menjadi momok bagi para pengungsi. Firdaus menceritakan, kondisi tersebut sudah berlangsung sejak Februari lalu. Hujan deras dan banjir pun melanda beberapa daerah sejak Desember 2018.

Ditambah, para pengungsi selama ini hanya tinggal di dalam tenda. Oleh karena itu, bantuan pangan diharapkan dapat meringankan mereka hingga musim menghangat pada bulan Mei mendatang.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement