Sabtu 09 Mar 2019 00:27 WIB

Indonesia Darurat Banjir, ACT Selamatkan Ribuan Warga

Tim ACT-MRI yang ke lokasi juga mendata kerusakan dan kebutuhan darurat warga.

Posko Bantuan ACT. ACT membuka posko bantuan untuk korban banjir di Ponorogo.
Foto: ACT
Posko Bantuan ACT. ACT membuka posko bantuan untuk korban banjir di Ponorogo.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Laporan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyebutkan adanya aktivitas Madden Julian Oscillation (MJO) di Samudera Hindia telah menyebabkan curah hujan tinggi di kawasan Indonesia. Menanggapi hal tersebut Aksi Cepat Tanggap (ACT) segera menurunkan tim membantu para korban.

MJO adalah fenomena gelombang atmosfer yang bergerak merambat dari barat (Samudera Hindia) ke timur dengan membawa massa udara basah. Masuknya aliran massa udara basah dari Samudera Hindia ini meningkatkan potensi curah hujan bagi daerah-daerah yang dilalui. Sehingga, mengakibatkan banjir dan longsor di beberapa daerah yaitu Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Lampung sejak tanggal 5 Maret 2019.

Baca Juga

 

Dengan berbagai bencana yang terjadi, ACT merespons melalui aksi evakuasi, pendirian posko kemanusiaan dan dapur umum, serta pendistribusiaan bantuan logistik. ACT telah mengirim tim-tim terbaik di daerah bersama Masyarakat Relawan Indonesia (MRI), BNPB,  BPBD, TNI, Polri, Basarnas, SKPD, PMI, Tagana, dan pihak lainnya dalam melakukan penanganan darurat.

Tim ACT-MRI yang turun ke lokasi bencana juga melakukan assessment terkait kerusakan dan kebutuhan darurat warga yang diperlukan saat ini. Seperti tikar, selimut, makanan siap saji, air minum, personal hygiene (pembalut, popok, alat mandi, pakaian dalam), obat-obatan, makanan bayi, serta pendirian tenda telah dilakukan dan informasi terus disebarluaskan kepada para donatur.

 

"Kami tak hanya bicara tentang derita dan kehancuran, tapi juga ikhtiar merangkai harapan. Kami tak cuma berharap empati dan belas kasih, tapi menyiapkan wahana memuliakan kita semua sebagai manusia, sebagai hamba Allah yang terus berikhtiar saling memuliakan," ujar Presiden ACT Ahyudin, seperti dalam siaran persnya.

 

Hingga saat ini tim ACT masih terus melakukan evakuasi dan pemantauan di lapangan. ACT juga telah menyiapkan relawan medis dan segera memberi bantuan kepada warga yang membutuhkan.

Saat ini ACT menetapkan masa tanggap darurat banjir selama 14 hari yaitu tanggal 6-19 Maret 2019. Selama masa ini, relawan siap siaga dari kemungkinan adanya banjir susulan.

"Harapannya masyarakat tetap semangat bahu membantu untuk memulihkan rumah dan lingkunganya,” kata Ahyudin.

 

Dengan semangat kemanusiaan dan kepedulian tinggi, ACT terus mendukung dan berkordinasi dengan tim-tim daerah untuk memaksimalkan eksekusi bantuan serta program yang ada. Hal ini agar masyarakat yang menjadi korban dapat pulih kembali baik secara moril dan meteriil.

ACT mencatat secara spesifik, daerah yang terkena bencana yakni Klaten dengan enam kecamatan yang terdampak; Kecamatan Bayat, Kecamatan Cawas, Kecamatan Gantiwarno, Kecamatan Klaten Selatan, Kecamatan Trucuk dan Kecamatan Karangdowo dengan total 13 Kepala Keluarga (KK) yang menjadi korban. Sedangkan, di daerah Jawa Timur Humas BNPB menyebutkan 15 kabupaten yang terkena dampak yaitu Kabupaten Madiun, Nganjuk, Ngawi, Magetan, Sidoarjo, Kediri, Bojonegoro, Tuban, Probolinggo, Gresik, Pacitan, Tranggalek, Ponorogo, Lamongan dan Blitar dengan total korban banjir 12.495 KK.

Untuk banjir di Kabupaten Madiun melanda hingga 4.317 KK. Selain itu, Kabupaten Bojonegoro sebanyak 1.382 rumah dan 121 hektare sawah dilanda banjir. Lain halnya di Kabupaten Tanggamus, Lampung, terdapat 84 rumah tidak hanya terkena banjir namun juga terendam lumpur.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement