Selasa 15 Jan 2019 20:23 WIB

NU Peduli Salurkan Bantuan untuk 53 Ribu Korban Gempa Palu

Pemberian bantuan itu terhitung mulai September 2018 sampai dengan Januari 2019.

Sejumlah pekerja menyelesaikan pembangunan Hunian Sementara (Huntara) di Kelurahan Petobo, Palu, Sulawesi Tengah, Senin (12/11/2018).
Foto: Antara/Basri Marzuki
Sejumlah pekerja menyelesaikan pembangunan Hunian Sementara (Huntara) di Kelurahan Petobo, Palu, Sulawesi Tengah, Senin (12/11/2018).

REPUBLIKA.CO.ID, PALU— Nahdlatul Ulama (NU) Peduli memberikan bantuan kepada 53 ribu korban bencana alam gempa bumi, tsunami, dan likuefaksi di Kota Palu, Kabupaten Sigi dan Donggala, Sulawesi Tengah.

Pemberian bantuan itu terhitung mulai September 2018 sampai dengan Januari 2019. Bantuan diberikan dalam bentuk distribusi logistik, pelayanan kesehatan, dukungan psikososial, pembangunan instalasi wash, dan pembangunan hunian sementara.

"Saya sangat berterima kasih kepada NU peduli yang telah membantu masyarakat di Palu, Sigi, dan Donggala," ucap Kepala Dinas Sosial Provinsi Sulawesi Tengah, Ridwan Mumu, di Palu, Selasa (15/1).

Ridwan juga memberikan apresiasi terhadap kinerja dan kegiatan kemanusiaan yang dilakukan NU di Sulawesi Tengah.

Sebelumnya, mantan kepala Biro Humas dan Protokoler Pemprov Sulteng itu telah mengunjungi kegiatan child center space (CCS) di Pondok Ramah Anak (PRA) yang diinisiasi NU Peduli di Dupa Indah.

Di PRA Dupa Indah, Ridwan menyempatkan diri bernyanyi dan berbagi dengan anak-anak.

Selain di Dupa Indah, NU Peduli juga membangun PRA di sembilan lokasi lain di Palu, Sigi, dan Donggala.

Koordinator CCS NU Peduli, Zuliati, mengemukakan NU berkomitmen membangun 500 unit hunian sementara untuk pengungsi di Palu, Sigi, dan Donggala.

Dalam membangun hunian sementara, kata Zuliati, NU Peduli memiliki konsep bangunan individual, yaitu dibangun di tanah milik warga (berdampingan dengan tempat tinggal warga).

"Konsep ini sudah diterapkan salah satunya di Desa Jono Oge, dimana huntara dibangun di tanah milik warga di depan rumah mereka," kata Zuliati.

Sementara itu, konsep pembangunan komunal juga diterapkan wilayah lain, di antaranya huntara bagi korban likuifaksi di Kelurahan Petobo.

Di Petobo, kata dia, hunian sementara dibangun di lapangan dengan konsep satu rumah satu kepala keluarga (KK), dengan bangunan terpisah.

"Setiap huntara memiliki halaman, sehingga warga dapat memanfaatkannya untuk memperluas bangunan hunian sementara," ujar dia.

Dia menambahkan, partisipasi merupakan salah satu prinsip NU Peduli terkait misi kemanusiaan dalam membangun huntara. Warga diminta berperan serta dalam membangun hunian yang akan mereka tempati.

"Dengan metode partisipasi, diharapkan warga tidak merasa rumah yang mereka tempati semata-mata ¿given¿ (pemberian) melainkan ada kontribusi yang mereka berikan dalam proses pembangunannya," kata dia.

NU Peduli yang diwakili Handri, Zuliati, dan Riscky, menemui Kadis Sosial Sulteng Ridwan Mumu untuk menyampaikan laporan terkait aktivitas kemanusiaan yang dilakukan oleh NU di Palu, Sigi, dan Donggala.

Dalam pertemuan tersebut, Ridwan Mumu mengucapkan terima kasih kepada NU Peduli yang telah memberikan kontribusi untuk masyarakat terdampak bencana gempa, tsunami, dan likuifaksi di Palu, Sigi, dan Donggala.  

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement