Jumat 05 Oct 2018 10:11 WIB

Dakwah Islam untuk Mualaf Suku Taa Wana di Banggai

Selain melakukan pembinaan, MCB juga menyalurkan kebutuhan hidup sehari-hari mualaf.

Mualaf Center Baznas meresmikan program pembinaan dan pemberdayaan untuk mualaf suku Taa Wana.
Foto: Dok MCB
Mualaf Center Baznas meresmikan program pembinaan dan pemberdayaan untuk mualaf suku Taa Wana.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menjelang awal tahun hijriyah 1440 H bertepatan dengan Sabtu 8 September 2018, Mualaf Center Baznas (MCB) telah meresmikan program pembinaan dan pemberdayaan untuk mualaf suku Taa Wana. Peresmian dilaksanakan di Pondok Pesantren Darul Hikmah, Luwuk Banggai, Sulawesi Tengah.

Pada kesempatan tersebut, Ustaz Salahuddin El Ayyubi selaku Direktur MCB mengukuhkan Ustaz Muhammad Muadz sebagai koordinator wilayah di titik lokasi pendampingan.

Hadir juga dalam peresmian tersebut, Wakil Bupati Banggai,  Drs H Mustar Labolo; anggota DPRD; perwakilan kecamatan  Luwuk;  tokoh dan organisasi Islam, kemahasiswaan, dan organisasi muslimah; serta 50 mualaf dari suku Taa Wana. Setelah peresmian tersebut, sekitar 20 mualaf dari Suku Taa Wana mengikrarkan syahadat disaksikan oleh jamaah yang hadir.

Siaran pers MCB yang diterima Republika.co.id, pekan lalu menyebutkan, mualaf binaan MCB yang ada di lokasi sekitar Luwuk merupakan mualaf dari suku Taa Wana yang hidup nomaden yang tinggal di pegunungan sekitar tiga kabupaten di Sulawesi Tengah, yaitu Kabupaten Banggai, Morowali Utara, dan Tojo Una una. Beberapa tahun terakhir dakwah Islam mulai berkembang pada komunitas suku Taa Wana melalui dai pedalaman.

“Hal tersebut yang mendorong MCB untuk melakukan program pembinaan dan pemberdayaan dengan fokus pada peningkatan pemahaman keIslaman dan kemandirian ekonomi,” kata Ustaz Salahuddin El Ayyubi.

photo
Suasana peresmian program pembinaan dan pemberdayaan untuk mualaf suku Taa Wana di Pondok Pesantren Darul Hikmah, Luwuk Banggai, Sulawesi Tengah.

Ia menambahkan, pembinaan keIslaman dilakukan melalui suatu kurikulum terpadu yang telah disiapkan oleh MCB. Melalui program pembinaan ini, diharapkan mualaf mendapatkan pemahaman yang terarah serta memudahkan pembina dalam melakukan pendampingan.

 

Kurikulum tersebut mencakup tentang aqidah, ibadah, akhlak, sirah Nabawiyah, serta wawasan kebangsaan. “Selain itu, mualaf juga dibimbing untuk dapat membaca al Quran melalui pengelan huruf-huruf Hijaiyah,” tuturnya.

Salahuddin mengungkapkan, untuk dapat menghadiri kegiatan tersebut, mualaf suku Taa Wana harus menempuh perjalanan dengan medan yang cukup berat. Mereka harus berjalan menuruni gunung selama sekitar tiga  hari hingga sampai Morowali, kemudian melanjutkan perjalanan menggunakan angkutan umum dari Morowali menuju Luwuk Banggai sekitar 200 km. “Namun demikian, hal itu tidak menyurutkan tekad mualaf suku Taa Wana untuk tetap mengikuti kegiatan program yang telah dijadwalkan,” ujarnya.

Selain program pembinaan, MCB juga mendistribusikan kebutuhan hidup seperti beras, minyak goreng, terigu, gula pasir, dan mie instan. Di samping itu, pada peresmian tersebut MCB membagikan Mualaf Kit berupa Alquran, buku iqra’, sajadah, baju koko, sarung, dan peci untuk Muslim, serta mukena dan gamis untuk Muslimah. “Diharapkan pembagian kebutuhan hidup dan mualaf kit tersebut dapat menjadi penunjang dalam kelancaran program MCB,” tuturnya.

Salahuddin menyebutkan, di antara potensi pemberdayaan ekonomi mualaf Suku Taa Wana adalah bertani dan beternak. Hal itu  mengingat lokasi tempat tinggal mereka berada di pegunungan.

Kegiatan akan difokuskan pada budidaya nilam, serta cengkeh untuk jangka panjangnya. “Dengan demikian, suku Taa Wana akan memulai kehidupannya dengan cara menetap dan berkelanjutan,” ujar Salahuddin.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement