Kamis 11 Oct 2018 21:59 WIB

Baznas: Kerugian Gempa Sulteng Capai Rp 24,6 Triliun

Jumlah kerugian diperoleh dari analisis dampak kerusakan pasca-gempa dan tsunami.

Rep: Amri Amrullah/ Red: Agus Yulianto
Ketua Baznas, Bambang Sudibyo
Foto: Republika TV/Fian Firatmaja
Ketua Baznas, Bambang Sudibyo

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Amil Zakat Nasional (Baznas), melalui Pusat Kajian Strategis Baznas (Puskas) melakukan review terhadap dampak gempa bumi Palu dan Donggala, Provinsi Sulawesi Tengah. Diperkirakan, kerugian akibat gempa dan tsunami itu mencapai Rp 24,6 triliun

Hal itu disampaikan dalam publik ekspose Kajian Dampak Ekonomi Bencana Gempa Bumi dan Tsunami Sulawesi Tengah yang dihadiri oleh Ketua Baznas Prof Dr Bambang Sudibyo MBA CA dan Direktur Puskas Dr Irfan Syauqi Beik di Jakarta, Kamis (11/10).  "Kerugian gempa bumi dan tsunami di Sulawesi Tengah mencapai Rp 24,6 triliun yang terdiri dari Rp 23,9 triliun kerugian di Kota Palu dan Rp 773,2 miliar kerugian di Kabupaten Donggala,” kata Bambang.

Bambang mengatakan, jumlah kerugian tersebut diperoleh dari analisis dampak kerusakan pasca-gempa dan tsunami melalui metodologi Damage and Loss Assessment (DaLA) yang dikenalkan oleh Komisi Ekonomi Perserikatan Bangsa-Bangsa. Di Kota Palu, kerugian akibat dari gempa dan tsunami dihitung dari kerusakan infrastruktur seperti fasilitas pendidikan dan kesehatan dan aktivitas ekonomi yakni pada sektor industri, hortikultura dan peternakan.

“Perhitungan kerusakan terbesar di kota berpenduduk 409.877 jiwa ini berasal dari sektor industri di Kecamatan Mantikulore sebesar 48 persen. Kecamatan ini memiliki 799 industri yang terdiri dari industri sedang, kecil dan industri mikro,” katanya.

Perhitungan kerusakan terbesar untuk sektor hortikultura Kota Palu adalah Kecamatan Tawaeli dengan luas panen dari tanaman yang ada di sektor ini mencapai 574,6 hektare atau sebesar 40 persen dari total sektor hortikultura. Untuk sektor peternakan, Kecamatan Palu Utara adalah kecamatan dengan jumlah hewan ternak terbanyak di Kota Palu yaitu sebanyak 2.870.100 hewan atau mencapai 39 persen dari total peternakan yang ada. 

Sementara itu untuk Kabupaten Donggala, kerugian terhitung sebesar Rp 773,2 miliar terdiri atas kerusakan infrastruktur seperti fasilitas pendidikan dan kesehatan serta sektor ekonomi dengan perhitungan kerusakan menimpa sektor perkebunan, hortikultura dan peternakan. 

Dari masing-masing kecamatan di kabupaten berpenduduk 298.722 jiwa ini terhitung kerusakan terbesar dari sektor perkebunan ada di Kecamatan Sindue Tambusabora yaitu mencapai 38 persen dari total keseluruhan. Jenis perkebunan yang ada di kecamatan ini adalah kelapa, kopi dan kakao, dengan produksi terbesar dihasilkan oleh kelapa dengan hasil kebun sebanyak 24.202 Ton.

“Kerugian terbesar untuk sektor hortikultura sayuran untuk Kabupaten Donggala adalah Kecamatan Tanantovea yaitu sebesar 30 persen. Untuk sektor hortikultura buah-buahan, Kecamatan Sindue Tobata menempati porsi tertinggi sebesar 32 persen,” kata Bambang.

Kecamatan Dampelas adalah wilayah dengan jumlah hewan ternak terbanyak di Kabupaten Donggala yaitu mencapai 23 persen. Total peternakan yang terdiri dari ternak besar dan ternak kecil, dengan dominasi sapi sebanyak 8522 ekor dan ternak kecil didominasi oleh babi sebanyak 4523 ekor. 

Data yang dapat diunduh melalui website www.puskasbaznas.com ini juga menjelaskan jumlah infrastruktur, fasilitas pendidikan dan kesehatan terbanyak ada di Kecamatan Banawa Selatan yaitu mencapai 11 persen untuk pendidikan dan 13 persen untuk fasilitas kesehatan. Fasilitas pendidikan terdiri dari tingkat PAUD, SD, SMP, dan SMA.  Meski di Kecamatan Banawa Selatan belum terdapat puskesmas, tetapi wilayah ini telah memiliki beberapa unit puskesmas pembantu, puskesmas desa dan pos KB.

Bambang mengatakan, Baznas melakukan analisis DaLA ini untuk mengetahui kerusakan terutama pada kelompok UKM dan kelompok miskin yntuk dapat merancang program pemulihan pascabencana. Upaya pemulihan ekonomi bagi warga miskin terdampak bencana menjadi focus utama pada program pemulihan pasca-bencana seperti di Palu dan Donggala ini.

Hingga hari ke-14 pascagempa dan tsunami, Baznas telah menurunkan 42 petugas manajemen bencana, dokter dan paramedis, relawan trauma healing dan petugas Layanan Aktif Baznas, ditambah dengans ejumlah relawan lokal. Baznas juga menggerakkan sejumlah relawan dari Baznas provinsi dan kabupaten/kota se-Indonesia. 

Program yang telah dilakukan di lokasi bencana antara lain evakuasi jenazah korban reruntuhan gempa dan tsunami, pengobatan, program trauma healing bagi anak-anak pengungsi, distribusi logistic, pendirian dapur umum, pendirian pos kesehatan dan koordinasi pihak-pihak terkait bencana di tingkat nasional maupun di Palu.

Hingga sejauh ini masyarakat antusias membantu korban bencana melalui Baznas. Baik berupa donasi dompet bencana, CSR perusahaan, bantuan natura, bantuan personil relawan yang sampai saat ini mengalir ke Baznas.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement