Jumat 21 Sep 2018 12:15 WIB

Baznas Kampanyekan Kebangkitan Zakat di Indonesia

Lembaga zakat harus mengikuti trend sehingga terjadi optimalisasi dan sosialisasi.

Rep: Novita Intan/ Red: Agung Sasongko
Baznas
Baznas

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Baznas terus mengkampanyekan 'Kebangkitan Zakat’ di Indonesia, dengan melibatkan Baznas daerah dan Lembanga Amil Zakat (LAZ). Sehingga pendistribusian zakat dapat dilakukan secara efektif dan efisien yang berdampak pada pengentasan kemiskinan.

“Kami terus melakukan sosialisasi pengetahuan zakat, menghimbau masyarakat dan memikirkan bagaimana regulasi zakat bisa dibentuk lebih baik. Tapi memang bukan hal gampang karena menyangkut masyarakat,” ungkap Ketua Umum Baznas, Bambang Sudibyo kepada Republika.co.id, Jumat (21/9)

Anggota Baznas Nana Minarti menambahkan Indonesia memiliki potensi zakat cukup besar, sekaligus menyandang pengelola zakat secara inovatif di antara negara muslim lainnya. Hal ini muncul lantaran Baznas menjadi Sekjen dalam World Zakat Forum, yang anggotanya terdiri dari 21 negara muslim.

“Mereka (negara Muslim) belajar ke Indonesia, karena mereka menilai Indonesia mempunyai pengelolaan zakat yang berinovasi cukup baik. Sehingga Baznas dan Laz terus mensosialisasikan pengelolaan zakat di Indonesia,” ucapnya.

Tentunya, hal positif tersebut membuat Baznas dan Laz turut berbenah diri agar mampu meningkatkan inovasi pengumpulan zakat. Salah satunya, dengan mengembangkan digitalisasi pengumpulan zakat di Indonesia.

“Lembaga zakat harus mengikuti trend sehingga terjadi optimalisasi dan sosialisasi pemanfaatan kemajuan digitalisasi, seperti tata cara pembayaran, pelaporan, komunikasi kepada public dan pengelolaan zakat dengan sistem IT,” ungkapnya.

Di samping itu, menurut Nana, zakat turut berkontribusi untuk pencapaian Tujuan-Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) yang dicanangkan Persatuan Bangsa-bangsa. "Zakat berpotensi menjadi sumber daya alternatif untuk mendukung pencapaian sukses SDGs di Indonesia," kata dia .

Dalam Islam, lanjut dia, dana yang terkumpul dari zakat akan disalurkan kepada delapan golongan yang berhak menerima zakat (asnaf). Dari delapan asnaf itu, kata dia, paling banyak yang perlu diberdayakan adalah golongan fakir dan miskin. Orang fakir yaitu orang yang memiliki pekerjaan dan atau usaha tapi hasil yang didapat tidak mencukupi kehidupannya.

Sementara orang miskin adalah golongan yang tidak memiliki usaha dan atau pekerjaan dan tidak dapat mencukupi kebutuhannya. Menurut Nana, zakat dapat menjadi instrumen dalam mendorong kemajuan Indonesia. Apabila banyak Muslim yang dapat diberdayakan lewat zakat, kata dia, maka secara langsung atau tidak akan memberdayakan masyarakat Indonesia yang mayoritas menganut agama Islam.

Zakat, kata dia, apabila dikelola dengan baik maka dapat menyejahterakan delapan asnaf selaku penerima zakat/mustahik. Zakat juga dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia, mendorong kesehatan masyarakat dan seluruh aspek lainnya dalam pemberdayaan mustahik.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement