Kamis 06 Sep 2018 13:05 WIB

Hospital Keliling Operasi Katarak dan Khitan Pengungsi

Operasi mata dan khitanan digelar gratis dengan memanfaatkan fasilitas Hoping.

Rep: Fuji E Permana/Novita Intan/ Red: Gita Amanda
Layanan kesehatan Dompet Dhuafa dengan memanfaatkan Hospital Keliling.
Foto: Dompet Dhuafa
Layanan kesehatan Dompet Dhuafa dengan memanfaatkan Hospital Keliling.

REPUBLIKA.CO.ID, LOMBOK UTARA -- Dompet Dhuafa melalui tim relawan Lombok Recovery (Lover) melakukan kegiatan screening katarak bagi pengungsi yang beresiko mengidap katarak. Tim relawan Lover juga mengadakan khinatan gratis kepada anak-anak pengungsi di Kecamatan Tanjung, Kabupaten Lombok Utara pada Rabu (5/9).

"Alhamdulillah, tim Lover dengan memanfaatkan fasilitas Hospital Keliling (Hoping) menggelar khitanan anak-anak pengungsi gempa Lombok," kata General Manager Divisi Kesehatan Dompet Dhuafa, Rosita Riva, melalui keterangan tertulis kepada Republika.co.id, Kamis (6/9)

Rosita mengatakan, tim Lover juga melaksanakan screening atau pemeriksaan terhadap warga yang berisiko mengidap katarak di pengungsian. Hal ini dilakukan sebagai langkah preventif dalam melayani kesehatan masyarakat terdampak gempa bumi di Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB).

Ia menerangkan, fasilitas kesehatan rusak parah saat gempa bumi mengguncang Kabupaten Lombok Utara. Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tanjung merupakan RS utama yang rusak berat akibat gempa bumi. Masyarakat Lombok juga terpaksa harus mengungsi akibat gempa susulan terus terjadi.

photo
Dokter dari tim Lover Dompet Dhuafa membantu mengoperasi mata pengungsi yang terkena katarak.

"Warga tidak lagi berkegiatan dengan normal dan tidak membangun lagi rutinitas mereka dari awal, termasuk dalam hal budaya khitan, dalam tradisi masyarakat, anak-anak Lombok biasa di khitan tidak lebih dari umur dua tahun," ujarnya.

Melihat kondisi tersebut, dikatakan Rosita, Dompet Dhuafa hadir untuk memberikan layanan khitan gratis bagi pengungsi di Lombok. Pada tahap ini ada sekitar 30 anak menerima manfaat dari khitan gratis. Sebanyak 125 orang menerima manfaat screening. Tim Lover tidak menunggu di Hoping, tim mendatangi rumah warga untuk menanyakan kondisi kesehatan mereka.

Siti Khomariah, ibu dari anak-anak pengungsi yang mendapat layanan Hoping mengungkapkan, ingin khitan anak-anak tetapi dalam kondisi seperti ini tidak bisa berbuat banyak. Keluarga tidak punya biaya untuk khitan. Tempat tinggal juga di pengungsian.

"Ingin kita khitankan anak saya mas tapi belum bisa, kita mengungsi di sini tetapi kami tidak ada biaya juga buat khitan anak-anak kami," ujar Siti.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement