Jumat 17 Aug 2018 13:16 WIB

ACT-DMII Ajak Masyarakat Lombok ''Merdeka'' dari Bencana

ACT-DMII merilis Mobile Disaster Education program edukasi kesiapsiagaan bencana.

Rep: Mimi Kartika/ Red: Gita Amanda
Tim Medis Relawan ACT memberikan pelayanan kesehatan kepada korban gempa bumi yang tinggal di tenda pengungsian di Dusun Loang Sawah, Desa Bentek, Kecamatan Gangga, Kabupaten Lombok Utara pada Rabu (8/8).
Foto: dok. ACT
Tim Medis Relawan ACT memberikan pelayanan kesehatan kepada korban gempa bumi yang tinggal di tenda pengungsian di Dusun Loang Sawah, Desa Bentek, Kecamatan Gangga, Kabupaten Lombok Utara pada Rabu (8/8).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Aksi Cepat Tanggap (ACT) melalui direktorat Disaster Management Institute of Indonesia (DMII) mengajak masyarakat Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB) untuk //Merdeka dari Bencana//. Bertepatan dengan HUT Kemerdekaan Republik Indonesia ke-73, ACT-DMII merilis Mobile Disaster Education (MDE) sebagai program edukasi kesiapsiagaan bencana.

"Kesiapsiagaan masyarakat Lombok untuk hadapi potensi bencana di masa depan, jelas harus digelorakan. Itulah alasan DMII-ACT membuat program khusus, yaitu Mobile Disaster Education (MDE)," ujar Chief of DMII Wahyu Novyan dalam keterangan pers, Jumat (17/8).

Wahyu menjelaskan MDE didesain khusus sebagai program edukasi kesiapsiagaan bencana yang memiliki daya jelajah tinggi dan jangkauan luas. MDE berupa satu paket armada dan alat pendukung edukasi bencana yang dapat menyasar beragam segmen, mulai dari usia sekolah dasar sampai orang dewasa.

“MDE kami desain bisa masuk ke komplek perumahan, ke sekolah-sekolah, ke wilayah perkantoran, rumah-rumah ibadah, bahkan termasuk pos pengungsian seperti di Lombok ini,“ kata dia.

Di dalam satu unit MDE terdapat tiga fungsi yakni pertama ada mobile library untuk membangun literasi bencana. Kedua, mobile story telling untuk membangun sisi afeksi masyarakat. Ketiga, mobile disaster imulation untuk menciptakan kebiasaan baru dan basic skill yang lebih siaga bencana.

Bertepatan dengan perayaan 73 tahun HUT RI, program ini pertama kali akan dirilis di SMK PP Negeri Mataram, NTB. Sehingga, lanjut Wahyu, secara mental masyarakat akan lebih tangguh dan bisa merdeka dari bencana.

“Insyaallah, program ini akan menjadi salah satu wujud nyata kami, ACT-DMII dalam memerdekakan bangsa kita dari bencana, yaitu dengan membangun kesiapsiagaan bencana di nusantara," imbuh Wahyu.

Gempa bumi mengguncang wilayah NTB terutama Lombok. Gempa terjadi pada 29 Juli dengan kekuatan 6,4 Skala Richter (SR) dan 7 SR pada 5 Agustus lalu. Gempa susulan masih terjadi dengan magnitude yang bervariasi. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mencatat terjadi 698 gempa susulan di Nusa Tenggara Barat (NTB) hingga Kamis (16/8) pukul 05.00 WITA atau 06.00 WIB 

"Hingga tanggal 16 Agustus 2018 pukul 05.00 WITA tadi telah terjadi 698 gempa susulan dari gempa M=7.0 (5 Agustus 2018), dan 25 di antaranya gempa dirasakan," tulis akun Twitter @infoBMKG.

Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho melalui pernyataan resmi mencatat hingga Rabu (15/8), korban meninggal dunia akibat gempa bumi berkekuatan 7 SR di Lombok, NTB mencapai 460 orang. Serta korban luka-luka sebanyak 7.773 orang, 959 orang menderita luka berat dan menjalani rawat inap. Sisanya, 6.774 orang mengalami luka ringan dan melakukan rawat jalan.

Sutopo menambahkan, sejauh ini BNPB mencatat total jumlah pengungsi yang terdapat di Kabupaten Lombok dan Kota Mataram mencapai 417.529 orang. Sebanyak 187.889 pengungsi adalah laki-laki dan 229.640 perempuan. Pengungsi terbanyak ada di Lombok Utara sementara paling sedikit di Kota Mataram.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement