Kamis 09 Aug 2018 15:24 WIB

Gempa Susulan Munculkan lagi Trauma yang Mulai Reda

Relawan Mahasiswa Baznas Bantu Pelajar SD di Lombok.

Relawan mahasiswa Baznas berupaya membantu pelajar SD korban gempa di Lombok agar sembuh dari trauma.
Foto: Dok Baznas
Relawan mahasiswa Baznas berupaya membantu pelajar SD korban gempa di Lombok agar sembuh dari trauma.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pasca mengikuti pelatihan Critical Incident Stress Management (CISM) pada Rabu (1/8), para mahasiswa peserta Beasiswa Cendekia Baznas yang bergiat mengimplementasikan hasil pelatihan.

Siaran pers Baznas yang diterima Republika.co.id, Kamis (9/8) menyebutkan, para mahasiswa itu berasal dari Universitas Mataram, UIN Mataram, dan Universitas Muhammadiyah Mataram.  CISM merupakan program pengurangan risiko bencana secara psikologis,  yang akan difokuskan pada anak-anak usia SD yang terkena gempa Lombok.

Siaran pers itu juga  menyebutkan, di  Dusun Batu Jong Desa Bilok Petung para siswa di sekolah filial  tidak berani tinggal di rumah sampai saat ini. Melalui assesmen yang dilakukan oleh relawan  mahasiswa terhadap siswa menunjukkan bahwa mayoritas mereka masih takut dengan guncangan gempa, namun tidak menunjukkan ketakutan yang berkepanjangan.

“Ketidakberanian mereka tinggal di rumah, adalah hal wajar mengingat gempa hampir terjadi setiap hari, dan upaya paling aman sementara ini adalah tinggal di tempat terbuka,” kata koordinator relawan mahasiswa  Lukman Ibrahim.

 

photo
Relawan mahasiswa Baznas mendampingi anak-anak korban gempa Lombok.

Ia menambahkan, di lokasi lain  di Dusun Pademare, Bakong,  Kecamatan  Sambik Elen, Kabupaten  Lombok Utara, rencana awal bersama para guru di sekolah filial SDN 3 Sambik Elen untuk mengumpulkan anak-anak di satu titik, tidak bisa diwujudkan. Hal itu akibat terjadinya  gempa susulan  berkekuatan 7,0 SR, Ahad  (5/8).

 

“Ini memberikan trauma yang sebelumnya mulai reda. Anak-anak cenderung suka mimpi buruk, panik, manja selalu ingin bersama orang tua, dan nafsu makan kurang,” tutur mahasiswa Universitas Muhammadiyah Mataram itu.

Sejak gempa susulan hari Ahad tersebut, anak-anak lebih senang tinggal di Posko pengungsian bersama orang tuanya. Jarak antar rumah yang cukup jauh menjadi alasan lain.

“Para relawan mahasiswa pun mendatangi orang tua setiap anak, menyampaikan kiat-kiat yang bisa dilakukan orang tua selama mendampingi anak-anaknya,” paparnya.

Menurut Lukman, metode CISM sangat membantu para relawan untuk menggali terlebih dahulu gejala trauma yang ada pada anak-anak, baru kemudian mencari alternatif kegiatan yang dapat mengurangi gejala trauma yang muncul di anak. “Efektivitas dapat dioptimalkan jika orang tua memahami pula aaktivitas yang bisa dilakukan saat mendampingi anak-anak,” ujarnya.

Siaran pers itu menambaahkan, saat ini Baznas juga sedang menyiapkan sekolah darurat di Sambik Elen, Dusun Pademare, Bakong. Aktivitas di bidang pendidikan berjalan beriringan dengan aktivitas Baznas untuk distribusi logistik dan rumah sakit lapangan di Dusun Orong Kopang Desa Medane, Tanjung,  Lombok Utara.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement