Rabu 27 Sep 2017 23:50 WIB

Pembinaan Akhlak Lebih Baik dalam Lingkungan Asrama

Rep: Fuji Pratiwi/ Red: Endro Yuwanto
Santri pondok pesantren (Ilustrasi)
Foto: Republika/ Wihdan Hidayat
Santri pondok pesantren (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pembinaan mental dan akhlak yang akan dilakukan Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) dalam program beasiswanya dinilai lebih baik diterapkan dalam lingkungan asrama. Pasalnya, faktor lingkungan berkontribusi terhadap tujuan pemberian beasiswa.

Pakar pendidikan Islam Ahsin Sakho menekankan, penguatan akidah harus menjadi yang pertama sebelum akhlak. Untuk itu, semua harus bekerja sama. Guru dan orang tua harus menjadi panutan sehingga ada teori dan praktik.

"Hal itu juga terkait situasi dan kondisi di mana anak-anak berada. Kalau pembinaan akhlak kontinyu, akan jadi karakter," kata Ahsin di sela-sela diskusi kelompok terfokus program pembinaan penerima Beasiswa Cendikia Baznas di Menara Taspen, Jakarta, Rabu (27/9).

Karena itu, lanjut Ahsin, perlu ada penyiapan lingkungan. Agar penerima manfaat beasiswa Baznas mencerminkan Islam.

Menurut Ahsin, yang paling baik adalah mengasramakan para penerima beasiawa Baznas. Idealnya, di asrama ada unsur gotong royong, saling toleransi, dan lain-lain. Sistem pesantren biasanya lulusannya terasah dan terbiasa berbeda pendapat. Ia juga ingin tiap UIN punya pesantren. ''Jadi pengasahan jiwa dan mentalitas berlangsung di sana,'' kata dia.

Akhlak, misalnya soal kejujuran, istiqamah, ketekunan, dan lainnya bisa ditemukan dalam sejumlah ayat Alquran dan hadisnya. "Setelah itu lihat bagaimana Rasulullah dan para sahabat refleksikan dan mengamalkan itu semua,'' jelas Ahsin.

Baznas, kata Ahsin, mencari norma yang ingin diamalkan penerima manfaat dari ayat dan hadis yang ada. "Sehingga saat mereka menerapkannya, mereka punya dasar."

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement