Rabu 12 Jul 2017 17:40 WIB

Dulu Pendulang Emas Ilegal, Kini Jadi Inspirator Pertanian

Abah Judin di tengah lahan pertaniannya.
Foto: Dok LAZ Al Azhar
Abah Judin di tengah lahan pertaniannya.

REPUBLIKA.CO.ID, TANAH BUMBU -- Abah Judin (44 th) bukanlah nama sebenarnya. Bagi warga Kalimatan Selatan, tepatnya di Desa Mangkalapi, Kecamatan Kusan Hulu, Kabupaten Tanah Bumbu sudah terbiasa memanggil pria yang sudah berkeluarga dengan sebutan nama anaknya. Nama sebenarnya adalah Mohammad Sarani. Pria sederhana ini kini dikenal warga sebagai inspirator pertanian di desanya. Padahal dulunya ia lebih dikenal sebagai pendulang emas hingga penebang kayu ilegal yang sudah ia geluti selama puluhan tahun.

Berada di pedalaman hutan Borneo, warga Desa Mangkalapi ternyata minim sekali akan keterampilan tentang bertani dan bercocok tanam. Akhirnya mayoritas warga berprofesi sebagai pendulang emas hingga penebang kayu untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari.

Abah Judin termasuk ke dalamnya. Sebenarnya aktivitas mereka ini sudah lama dilarang oleh pemerintah karena dianggap merusak lingkungan dan tidak sedikit menelan korban jiwa akibat resiko yang ditimbulkan cukup tinggi.

Siaran pers Lembaga Amil Zakat (LAZ) Al Azhar yang diterima Republika.co.id, Rabu (12/7) menyebutkan, suatu ketika program Indonesia Gemilang besutan LAZ Al Azhar yang fokus untuk memberdayakan perekonomian masyarakat desa datang dengan menempatkan seorang Dasamas (Da’i Sahabat Masyarakat) Ustaz  Iyas Ahmad Sanusi. Karena kecintaan Abah Judin kepada dunia agama ia pun memberanikan diri untuk mengakrabkan diri dengan Ustaz  Iyas.

Walhasil Ustaz Iyas dan Abah Judin berkolaborasi dalam mengembangkan syiar dan dakwah di Desa Mangkalapi. Dalam perjalanannya, dakwah Ustaz  Iyas seolah menyadarkan hati Abah Judin bahwa ternyata pekerjaan yang selama ini ia geluti dilarang oleh agama karena diperoleh secara ilegal. Akhirnya ini menjadi titik balik jalan hidupnya untuk menjadi seorang petani.

Abah Judin memulai karir bertani dengan cara menebang pohon-pohon besar hingga menjadi lahan pertanian yang siap tanam. Bersama Dasamas Ustaz  Iyas ia belajar pertanian mulai dari nol. Ujian pun mulai datang menghampiri usaha Abah Judin ini. Mulai dari kegagalan panen akibat bencana banjir, diserang hama serta faktor kondisi alam yang belum bersahabat karena ketiadaan infrastruktur pertanian.

“Awalnya dulu saya menanam padi dengan sistem tumpang sari dengan pohon pisang, semuanya habis dilalap dengan banjir yang menggenang sampai beberapa minggu. Kemudian saya coba lagi menanam padi umur pendek, itu juga habis terserang hama tikus dan monyet. Dulu sempat putus asa, ya gimana sudah capek-capek tapi tidak ada hasil,” ujar Abah Judin.

Melihat kondisi yang dialami Abah Judin, Ustaz Iyas pun memberi memberi semangat bahwa itu semua hanya ujian dan bagian dari proses menuju keberhasilan. Dengan pendampingan yang lebih intens ia kemudian menyarankan Abah Judin untuk menanam jagung manis dengan sistem tumpang sari. Penanggulangan hama pun juga telah disiapkan agar ke depan tidak kembali mengalami galal panen.

Setelah mengikuti semua saran Dasamas, mulailah terlihat secercah keberhasilan pertanian Abah Judin. Jagung manis yang ia tanam tumbuh subur dan melimpah saat masa panen. Ia pun terus mengembangkan lahan jagung manis miliknya karena hasilnya cukup menjanjikan. Ia juga menanam padi, sayur mayur serta pisang untuk memenuhi lahan yang digarapnya.

Kini hasil dari menggarap lahan pertaniannya uang sebesar Rp 2 juta rupiah dalam seminggu bisa ia kantongi dan ia masukkan ke rekening tabungannya. Hasilnya ini tentu jauh lebih besar dari profesinya semula sebagai pendulang emas. Dan lebih berkah tentunya.

Keberhasilan beliau inilah yang menjadi inspirasi bagi warga Desa Mangkalapi untuk bertani dan mengembangkan potensi alam yang dimiliki desa mereka. Sudah banyak warga yang berbondong-bondong beralih profesi menjadi petani dan belajar langsung dengan Abah Judin serta Dasamas. Kesuksesan Abah Judin  juga mampu meminimalisir praktik illegal loging, pendulangan emas ilegal yang resikonya sangat tinggi serta melanggar aturan pemerintah.

"Bagi saya melalui bertani dan menginspirasi warga lain adalah jihad. Karena jihad itu perjuangan, jihad itu kerja keras, jihad itu pantang putus asa,” kata Abah Judin sambil melihat hamparan jagung yang siap panen, butiran padi yang mulai menguning serta tandan-tandan pisang yang sudah mulai membesar, sayur kangkung yang mulai tinggi, serta timun-timun yang mulai berkembang.

Siaran per situ juga menyebutkan, Abah Judin kini juga dipercaya warga untuk menjadi ketua DKM Masjid Darul Hijrah di Desa Mangkalapi karena dedikasi dan kepeduliannya kepada agama. Ia juga sudah berhasil mengantarkan anaknya menjadi juara dalam berbagai lomba baik di tingkat kecamatan maupun provinsi. Sebagai bukti bahwa ia  sangat peduli dan perhatian yang sangat tinggi pada dunia pendidikan.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement