Selasa 11 Sep 2012 13:17 WIB

Keterbatasan Pendekatan Kontemporer Terhadap Sufisme (1)

Ilustrasi
Foto: trekearth.com
Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, Masalah besar dari persoalan ini adalah kuatnya tendensi dewasa ini untuk menempatkan orang, benda, gagasan, ke dalam kategori-kategori spesialis.

Kategori-kategori ini mungkin memang baik—siapa yang dapat meninggalkannya?— tetapi ketika suatu persoalan yang tengah dipelajari dan hanya terdapat satu pilihan penamaan terbatas yang ditawarkan, pengalaman ini barangkali seperti apa yang pernah dikatakan Henry Ford bahwa, "Anda dapat memiliki mobil dengan warna apa pun, asal saja itu adalah warna hitam."

Dalam persoalan ini, di mana si peneliti sendiri bahkan mungkin tidak menyadari—keterikatannya dengan beberapa kategori—sesuai dengan kaum Sufi yang berusaha menyampaikan gagasan-gagasannya di luar kondisi ideal.

Berikut ini contoh ilustratif, dipilih dari pengalaman yang disebut terakhir. Saya berikan karena secara insidental—dan tidak dalam suatu 'sistem' yang dipaksakan—akan menjelaskan kepada kita sesuatu tentang pemikiran Sufi.

Dalam buku yang belakangan saya sebutkan, di antara banyak yang lain, bahwa gagasan-gagasan Sufi dan bahkan teks literal telah dipinjam atau terdapat di belakang teori-teori, organisasi dan ajaran-ajaran dari berbagai aspek seperti Keksatriaan dari St John of the Cross, St Teresa dari Avila, Roger Bacon, Geber, bapak kimia Barat—nama keluarga kaum Sufi—Raymond Lully the Majorcan, Guru Nanak, pendiri Sikhisme, Gesta Rumanorum, juga ajaran-ajaran kaum Veda dalam Hindu.

Prosedur-prosedur psikologi tertentu yang buruk juga telah memasuki literatur Barat tentang magis dan okultisme, sebagaimana gagasan dan proses psikologis yang legitimatif, kadang dianggap sebagai penemuan-penemuan paling baru.

sumber : Jalan Sufi: Reportase Dunia Ma'rifat oleh Idries Shah/Media Isnet
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement