Jumat 25 May 2012 18:21 WIB

Tingkatan Alam Menurut para Sufi? (1)

Ilustrasi
Foto: Blogpspot.com
Ilustrasi

Oleh: Prof Dr Nasaruddin Umar

“Maka, apabila Aku telah menyempurnakan (kejadiannya), dan Aku telah meniupkan roh (ciptaan)-Ku ke dalamnya, tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud.” (QS. Al-Hijr: 29).

Jika para ulama fikih hanya membagi dua alam, yakni alam syahadah dan alam gaib, para sufi membagi alam ke dalam berbagai tingkatan.

Pembagian besarnya tetap sama, hanya dibagi pada alam syahadah mutlak dan alam gaib mutlak. Di antara dua alam mutlak itu ada alam antara (barzakh).

Alam barzakh sesungguhnya sudah masuk wilayah alam gaib. Hanya saja alam ini dibagi dua. Pertama, alam gaib mudhaf, yakni alam gaib yang relatif masih lebih dekat ke alam syahadah. Ibnu Arabi menyebutnya alam mitsal, sedangkan Al-Ghazali menyebutnya alam hayal, yang keduanya diartikan the imaginal world oleh William C Chittik.

Kedua, alam gaib lainnya, ialah yang lebih dekat dengan alam gaib mutlak, yaitu alam malakut, alam jabarut, sampai ke alam wahidiyat dan alam ahadiyat yang sebenarnya sudah tidak bisa lagi disebut alam. Sebab, tidak masuk lagi dalam kategori ma siwa Allah, sebagaimana telah dibahas dalam artikel yang lalu.  

Para sufi seolah tidak mengenal alam gaib dalam arti alam yang di luar kemampuan kognitif manusia untuk memahaminya atau alam yang tak teridentifikasi (unidentifying world). Alam gaib oleh para sufi bukan sesuatu yang amat asing. Alam gaib bagi mereka ialah alam yang berada di balik hijab.

Manakala hijab sudah terbuka (mukasyafah), hilanglah kegaiban itu. Kalaupun masih ada, yang terwujud hanyalah entitas tetap (al-a’yan al-tsabitah). Ini pun sudah diidentifikasi dalam dua kategori, yaitu entitas wahidiyat yang masih bisa dikenali melalui nama-nama (Al-Asma)-Nya dan ahadiyat yang sudah tidak teridentifikasi atau disebut alam gaib mutlak (asrar al-asrar/the sacred of the sacred).

Berbeda dengan para fukaha yang seolah memberi wilayah alam gaib amat luas, yaitu selain yang masuk dari kategori alam syahadah, alam dunia yang kita huni ini. Para sufi tidak mendikotomikan antara alam syahadah dan alam gaib. Ibnu Arabi termasuk di antara sufi yang berpendapat seperti itu.

Bagi Ibnu Arabi, alam syahadah tidak murni alam fisik karena ia hanya elemen dasar dari rangkaian tingkatan alam yang terdiri atas tanah, air, udara, dan api. Alam syahadah mutlak disebut juga alam dunia (dari akar kata dana, berarti rendah). Alam dunia ini juga terdiri atas alam mineral, tumbuh-tumbuhan, hewan, dan sebagian unsur manusia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement