Senin 06 May 2019 18:46 WIB

Rumah Zakat Berdayakan 1.440 Desa Selama Ramadhan

Desa-desa yang diberdayakan tersebut kebanyakan dihuni para mustahik.

Rep: Rahma Sulistya/ Red: Gita Amanda
CEO Rumah Zakat, Nur Effendi
Foto: Republika TV
CEO Rumah Zakat, Nur Effendi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sejak sebelum Ramadhan, Rumah Zakat telah mengkampanyekan "Saya Berjaya, Zakat Anda Hidupkan Ramadhan di Desa" untuk membuat desa-desa di Indonesia berdaya. Ada 1.440 desa yang menjadi fokus kampanye Rumah Zakat ini, dimana desa-desa itu kebanyakan dihuni para mustahik.

CEO Rumah Zakat, Nur Efendi, mengungkapkan desa-desa ini telah dipetakan mulai dari ujung Aceh hingga ujung Papua. “Jadi 1.440 titik desa ini di Indonesia dari Aceh sampai Papua dan empat negara, yakni Palestina, Suriah, Bangladesh, dan Myanmar,” ujar dia saat dihubungi Republika.co.id, Senin (6/5).

Baca Juga

Alasan Rumah Zakat membidik desa, lantaran pihaknya merasa ketimpangan terbesar itu berada di desa. Namun, bukan berarti Rumah Zakat tidak mendistribusi ke kota, pihaknya tetap melakukan distribusi ke kota tapi porsinya lebih besar ke desa.

“Nah program kita terkait kampanye itu ada enam program. Yakni Berbagi Buka Puasa, Kado Lebaran Yatim, Bingkisan Keluarga Prasejahtera, Syiar Alquran, Janda Berdaya, dan Ramadhan Bebas Utang,” jelas Efendi.

Program-program ini akan mengintervensi titik-titik yang ada di Aceh sampai Papua dan lima negara tersebut, untuk meminimalisir ketimpangan yang ada. Khusus Ramadhan tahun ini, Rumah Zakat menargetkan hingga 500 ribu titik distribusi, jumlah ini naik 50 persen dari tahun lalu.

Terkait program Berbagi Buka Puasa, untuk hari pertama Ramadhan ini dikatakan Efendi sudah baik, dan titik-titiknya merata tersebar di Indonesia. “Setiap hari ada jadwalnya. Mereka membuat sendiri menu berbuka puasanya, tetapi kita suplai dananya,” jelas dia.

Sehingga, para mustahik dapat menghasilkan dan berdaya dengan membuat menu berbuka puasa, lalu mereka pun berbuka puasa bersama. Menunya, Efendi memastikan, adalah menu yang spesial karena untuk mustahik tidak boleh setengah-setengah. Menu dikemas seperti kemasan makanan Jepang, dengan lauk yang serupa juga walau dibuat sendiri.

“Desa-desa yang kami targetkan memang desa-desa yang membutuhkan, diharapkan dengan diintervensi ini mereka jadi berdaya dengan program-program tadi. Hari pertama, desa yang disasar sebagian besar masih di Pulau Jawa,” tutup Efendi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement