Selasa 04 Sep 2018 14:16 WIB

Rumah Zakat Terus Bangun Huntara di Lombok Utara

Rumah Zakat menargetkan pembangunan huntara rampung dalam dua pekan ke depan.

Rep: Muhammad Nursyamsyi/ Red: Gita Amanda
Relawan Rumah Zakat mendistribusikan bantuan logistik kepada warga terdampak gempa di Kecamatan Alas Barat, Kabupaten Sumbawa, NTB, Kamis (23/8).
Foto: dok. Rumah Zakat
Relawan Rumah Zakat mendistribusikan bantuan logistik kepada warga terdampak gempa di Kecamatan Alas Barat, Kabupaten Sumbawa, NTB, Kamis (23/8).

REPUBLIKA.CO.ID, LOMBOK UTARA -- Rumah Zakat telah membangun hunian sementara (huntara) atau shelter untuk warga terdampak gempa di Dusun Menggala, Desa Persiapan Menggala, Kecamatan Pemenang, Kabupaten Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat (NTB). Koordinator Relawan Rumah Zakat Wilayah NTB Repi S mengatakan, proses pendirian huntara sudah mulai dilakukan sejak, Senin (20/8).

"Shelter sudah berfungsi, alhamdulillah, per hari ini sudah mulai bisa dipakai oleh warga pengungsi," ujarnya kepada Republika.co.id di Lombok Utara, NTB, Selasa (4/9).

Repi menyampaikan, empat huntara telah terbangun dari 100 unit huntara yang ditargetkan. Letak huntara berada di lahan milik pemerintah daerah.

"Rencananya akan dibangun 100 unit di lokasi ini atau bisa berubah sesuai dengan ketersediaan atau daya tampung lahan," lanjutnya.

Repi menyebutkan, huntara ini dibuat dengan bahan-bahan meliputi kayu, semen, gedek, greendflas, pasir dan batako, dengan ukuran 4,6 meter x 4,5 meter yang terdiri atas dua kamar. Selain huntara, Rumah Zakat juga akan dilengkapi dengan fasilitas umum, seperti mushala, toilet, sekolah dan tempat bermain bagi anak-anak.

Rumah Zakat menargetkan pembangunan huntara rampung dalam dua pekan ke depan. Tetapi kendalanya ketersediaan bahan baku yang sulit di lokasi, sehingga harus mendatangkan dari luar, seperti Lombok Timur.

"Kalau bahan tersedia maka targetnya dua pekan selesai, tapi kami usahakan tuntas sebelum masuk Oktober atau sebelum masuk musim hujan," kata dia.

Ia mengatakan, warga sangat senang dengan adanya huntara karena lebih privasi dan lebih layak dibandingkan tinggal di bawah terpal. Proses pengerjaannya melibatkan warga setempat secara gotong-royong dan swadaya, dipimpin oleh satu orang sebagai ketua tim yang memiliki keahlian sebagai tukang.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement