Selasa 29 Mar 2016 04:55 WIB

Ulama Hadramaut, Kisah Koloni Arab di Batavia dan Jawa

Orang Arab di Nusantara
Foto:
Kaum santri dengan ciri Sorban Arabnya di Jawa.

Koloni Arab di Pekalongan sangat berbeda cirinya (dengan koloni Arab di Tegal--Red). Orang-orang Arab yang pertama menetap di sini datang pada awal abad ke-19. Sebagian besar adalah golongan "Sayid" yang kawin dengan anak perempuan para pemimpn pribumi dan merupakan inti dari koloni besar yang ada. Mereka adalah keturunan sayid dan anggota keluarga sayid yang datang dari Hadramaut.

Mereka membentuk mayoritas penduduk Arab di Pekalongan. Anggota suku hampir tidak ada dan tampaknya dapat dikatakan sedikit sekali pendatang dari Hadramaut yang bermukim di sini. Meskipun di wilayah mereka beberapa rumah tidak berpenghuni, sebagian besar Arab di Pekalongan jelas hidup makmur. Tidak demikian halnya dengan campuran Arab yang tinggal di luar wilayah Arab. Mereka menetap di daerah pinggiran, seperti Ledok, Mpipitan, Kauman, dan Krapyak. Mereka sangat menjaga jarak denga orang Arab yang datang dari Hadramaut dan orang campuran yang masih mempertahankan ciri Arabnya.

Orang campuran Arab yang tinggal di daerah baru tersebut sama sekali tidak bisa berbahasa Arab. Mereka selama beberapa generasi tinggal di antara penduduk pribumi di rumah papan atau bambu, mencari nafkah seperti mereka, berpakaian seperti mereka, dan mengikuti adat istiadat mereka. Tak seorang pun di antara mereka berdagang. Di wilayah ini terdapat masjid kecil untuk bersembahyang sehari-hari.

Dan, meskipun tidak terdapat cendekiawan profesional di antara orang Arab pekalongan, hampir semua mereka cukup kaya, memperhatikan pendidikan jiwa. Di dalam sejumlah rumah ditemukan naskah dan buku yang tidak hanya dicetak dalam bahasa Arab, tapi juga dalam bahasa Eropa, misalnya, yang disusun oleh S de Sacy dan diterbitkan sejak 1838. Koloni Arab di Pekalongan memiliki kepala yang diangkat oleh pemerintah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement