Selasa 14 May 2019 05:05 WIB

Uri Davis Mualaf Pejuang Palestina

Pemerintah Palestina mengenal Uri atas pengorbanannya yang besar untuk menegakkan HAM

Yerusalem

Meski menganut Yahudi, Uri tak setuju dengan zionisme. Yahudi dinilainya sebatas agama yang tidak perlu mendirikan negara. Tidak perlu membesar-besarkan zionisme yang mengakibatkan pertumpahan darah.

Tinggal di Israel, Uri terkena keharusan untuk mengikuti wajib militer. Ini sesuatu yang menurutnya membebani kehidupan. Sebab, usia muda seharusnya dimanfaatkan untuk menemukan terobosan, sehingga menjadi kebanggaan dan modal menunjukkan eksistensi. Saya berusaha untuk menolak, ceritanya, sebagaimana diberitakan the Guardian.

Seorang prajurit militer membawanya ke pinggiran, memisahkan Uri dari barisan pemuda. Dia dibawa mendekati pepohonan nan rindang. Apa yang kamu lihat di sini? tanya si prajurit. Uri menjawab "pepohonan". Lalu pemuda itu dibawa makin dalam memasuki hutan. Di sana mereka menemukan tumpukan batu-batu.

Si prajurit menjelaskan, batu-batu ini dipakai masyarakat setempat untuk menimpuki prajurit Israel. Tentara tadi ingin membakar amarah Uri agar menganggap orang Palestina sebagai musuh. Namun, itu tak terjadi. Ada alternatif. Kita bisa mengundang mereka dan saling berbagi. Ada harapan yang bisa kita upayakan untuk hidup bersama, ujar pemuda tersebut.

Namun, pendapat itu tak didengar. Meski terus membantah, Uri tetap harus mengikuti wajib militer. Wajib militer dijalaninya dengan kesal.

Ketika menjadi pemuda, dia bertemu dengan wanita Yahudi, Nira Yuval, di Yerusalem pada 1965. Keduanya sering bertemu dan menemukan kecocokan, sehingga melangsungkan pernikahan pada tahun yang sama.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement