Senin 25 Feb 2019 05:05 WIB

Aisha Lemu: Alquran Bukan Buatan Manusia

Awalnya Aisha Lemu bingung dengan cara belajar Islam.

Rep: Ratna Ajeng Tedjomukti/ Red: Agung Sasongko
Pelajar Muslimah Nigeria
Foto:

Beberapa pekan kemudian dia pergi ke Masjid Regents Park dan masuk Islam. Dia kemudian membantu mendirikan masyarakat Islam di SOAS, menjadi sekretaris per tamanya, dan berperan penting dalam pe bentukan federasi perkumpulan masya rakat Islam.

Setelah lulus dari SOAS, ia memenuhi syarat untuk mengajar bahasa Inggris sebagai bahasa asing. Kemudian dia ber temu dengan calon suaminya, Syekh Ahmed Lemu yang juga belajar di SOAS.

Pada 1966, ia pindah ke Kano di Nigeria untuk mengajar di School for Arabic Studies. Saat itu Lemu adalah kepala sekolah. De lapan belas bulan kemudian ia dipindahkan ke Sokoto sebagai kepala sekolah di Government Girls 'College. Dia dan Lemu menikah pada tahun 1968. Aisha menjadi istri kedua.

Pada tahun 1976 mereka pindah ke negara bagian Niger yang baru dibentuk di mana Aisha menjadi kepala Sekolah Ting gi Guru Wanita di Kota Minna. Se dangkan suaminya bertugas sebagai hakim Syariah di pengadilan banding Niger.

Ketika pertama kali datang ke Nigeria, Aisha Lemu bingung dengan cara belajar Islam. "Ini berfokus sepenuhnya pada bagaimana berdoa, cara berpuasa, tetapi tidak ada yang mengajar siswa mengapa mereka harus berdoa, berpuasa dll, atau bahkan mengapa mereka harus percaya pada Islam."

Pada 1969, ia dan suaminya mendirikan Islamic Education Trust (IET), sebuah badan amal yang ditujukan untuk mem promosikan pertumbuhan pendidikan berkualitas tinggi dan mengintegrasikan perspektif Islam ke dalam kurikulum modern, dan pada tahun 1978 ia menjadi direk turnya. Dia juga anggota panel, yang dibentuk untuk merevisi kurikulum Islam nasional untuk sekolah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement