Rabu 20 Feb 2019 06:06 WIB

Amanda Terinspirasi Muslimah Palestina

Banyak orang yang mengira Amanda merupakan Muslimah sejak lahir,

Rep: Ratna Ajeng Tedjomukti/ Red: Agung Sasongko
Mualaf
Foto:

Dia benar-benar memiliki segala pengetahuan tentang Islam. Dia tahu apa yang dia percaya dan mengapa. Dia kuat, berani, dan cantik. Amanda berharap dapat menjadi seperti wanita tersebut. Dia ingin mengetahui lebih dalam tentang keyakinan yang dimiliki Fatiha.

Keduanya mulai berbicara tentang agama sedikit demi sedikit dan Amanda mengajukan pertanyaan kepadanya tentang Islam. "Saya mulai membaca bukubuku dari perpustakaan tentang Islam dan mencari semua yang saya bisa di internet tentang Islam," ujarnya.

Suatu hari dia membawa compact disk (CD) dan menyuruh Amanda mendengarkannya ketika tiba di rumah. Amanda pikir ini CD musik pop Arab yang keren dari negaranya, tapi ternyata salah. Amanda tidak tahu apa yang dia dengar kan, yang dia tahu terdengar begitu indah.

Dia juga tidak mengerti kata yang diucapkan, tetapi untuk beberapa alasan itu membuatnya menangis. Setelah mendengarkan lantunan itu selama beberapa jam, dia baru menyadari jika itu adalah ayat Alquran. "Saya mendengarkan lagi dan berpikir sendiri. Saya pikir saya harus menjadi seorang Muslim," tekadnya dalam hati.

Amanda pergi ke sekolah keesokan harinya dan memberi tahu temannya. Dia mengatakannya dengan penuh percaya diri di dunia. Hai Tia, jadi aku Muslim sekarang! Dia tertawa kecil dan tersenyum. Fatiha kemudian menjelaskan syahadat kepada Amanda.

Dia memberi tahu apa artinya dan mengapa. Dia memberi tahu jika ingin menjadi Muslim harus mengucapkan syahadat. "Jadi, saya melakukannya tanpa ragu-ragu. Saya tidak tahu bagaimana menjadi seorang Muslim, tetapi saya tahu di dalam hati saya bahwa saya adalah satu," ujar dia.

Beberapa bulan kemudian, keluarga Amanda pindah untuk terakhir kalinya. Dia pun tidak pernah melihat Fatiha lagi, tetapi dia berdoa untuknya sepanjang waktu. Amanda merasa sendiri saat itu. Hariharinya diisi dengan membaca dan shalat beralaskan handuk pantai di kamarnya.

Dia mengenakan jilbab setiap hari di kamar, tetapi untuk keluar rumah dia belum berani. "Saya tahu orang tua saya akan kehilang an saya. Saya ingin memberi tahu mereka, tetapi saya belum memiliki keberanian. Bagaimana Allah SWT mem buka jalan bagi saya?" tanyanya dalam hati. Meski begitu, dia tetap menjalankan kewajiban sebagai Muslim. Saat itu dia berusia 19 tahun dan bergabung dalam komunitas remaja Muslimah untuk mendalami Islam.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement