Selasa 11 Sep 2012 15:45 WIB

Charles Le Gai Eaton: Kegundahan Hati Sang Diplomat (2)

Rep: Nidia Zuraya/ Red: Chairul Akhmad
Charles Le Gai Eaton.
Foto: guardian.co.uk
Charles Le Gai Eaton.

REPUBLIKA.CO.ID, Perkenalan Eaton dengan agama Islam terjadi begitu saja, tanpa ia sadari. Saat itu usianya masih belasan tahun.

Ia mengenal Islam dari seorang wanita muda yang dipekerjakan oleh ibunya sebagai pengasuh anak. Pengasuhnya ini, terang Eaton sebagaimana dilansir situs Islamreligion, memiliki ambisi menjadi seorang misionaris di Arab Saudi.

''Dia kerap menyebut bahwa dirinya harus menyelamatkan jiwa-jiwa yang tersesat, yakni orang-orang yang disebutnya sebagai kafir Muslim,'' terang Eaton menjelaskan tentang sikap pembantunya itu.

Suatu hari, kata Eaton, pengasuhnya ini mengajaknya jalan-jalan hingga mereka melewati penjara Wandsworth (saat itu keluarganya tinggal di wilayah Wandsworth, selatan London).

Sepanjang perjalanan sang pengasuh mengatakan kepada Eaton berbagai hal yang menakutkan mengenai keberadaan seseorang berambut merah di langit sana, yang sewaktu-waktu siap menembak dirinya jika ia nakal.

Kisah mengenai perjalanan itu kemudian ia sampaikan ke ibunya, setelah tiba di rumah. ''Aku tidak ingat apa yang dikatakannya untuk menghibur saya, tapi gadis itu segera diberhentikan. Namun, inilah kali pertama saya mendengar mengenai keberadaan Tuhan,'' paparnya.

Peristiwa tersebut mendorong orang tuanya untuk mengirim Eaton ke sekolah berasrama, Charterhouse. Di sekolah barunya ini, ia banyak mendapatkan pengajaran tentang ajaran Kristen dan kitab suci mereka. Di sinilah ia mulai secara intens bersentuhan dengan dogma-dogma agama.

Pada akhirnya, Eaton mulai merasakan ketertarikan terhadap ilmu filsafat. Secara rutin, ia mulai membaca karya-karya Descartes, Kant, Hume, Spinoza, Schopenhauer, dan Bertrand Russell, atau membaca karya-karya yang menjelaskan ajaran-ajaran mereka.

Setelah menamatkan pendidikan di Charterhouse, ia mendaftar di King's College, Cambridge. Saat menempuh pendidikan di King's College ini, ia berkenalan dengaan novelis Inggris, Leo H Myers. Karya-karya Myers banyak dipengaruhi oleh ajaran-ajaran Hindu Vedanta.

Namun, Perang Dunia Kedua (PD II) yang berkecamuk pada 1939, memaksanya meninggalkan bangku sekolah dan ikut program wajib militer. Ia kemudian dikirim ke Akademi Militer Kerajaan di Sandhurst. Pendidikan militer ini ia tempuh selama lima bulan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement