Sabtu 09 Feb 2019 07:58 WIB

Berjuang demi Hidayah

Keinginannya memeluk Islam sebenarnya sudah lama namun tak tahu caranya.

Rep: Rahmat Fajar/ Red: Agung Sasongko
Mualaf
Mualaf

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anto Wijaya (50 tahun) adalah seorang mualaf Tionghoa yang masuk Islam tiga tahun lalu. Perjuangan warga Jakarta ini memeluk Islam tidak semudah membalikkan telapak tangan. Dia harus melewati perasaan bimbang tentang Tuhan ketika dia memeluk Kristen dan Buddha.

Di dua agama terdahulunya, dia tidak menemukan keesaan Tuhan. Pencarian tentang ketuhanan tersebut mengantarkannya kepada agama Islam. "Pancasila kan Ketuhanan yang Maha Esa, berarti Tuhan kita satu. Akhirnya saya cari-cari, lalu masuk Islam," ujar dia kepada Republika.co.id, belum lama ini.

Keinginannya memeluk Islam sebenarnya sudah lama. Namun, Anto tidak mengetahui cara memeluk Islam. Pada suatu waktu, dia bertemu dengan temannya yang mualaf. Teman ini pun mengajak Anto mengenal Islam. Tanpa banyak berpikir, Anto ber sedia memeluk Islam.

"Pas tahu dia mualaf, saya tambah tertarik," ujar dia.

Keputusannya memeluk Islam mendapatkan pertentangan dari keluarga, khususnya dari pihak istri. Keluarga tidak mendukung atas keputusannya tersebut. Aki batnya, dia harus berpisah dengan keluarga istri maupun dari pihak ayah dan ibunya.

Kendati demikian, Anto terus berusaha menjaga hubungan dengan keluarganya, apalagi dia memiliki satu anak dan membutuhkan kasih sayang ayah. "Sempat pernah ngajak istri saya, cuma dia tidak mau," tuturnya. Setelah menjadi mualaf, Anto kerap mengikuti kajian keislaman.

Dia hendak memperdalam ilmu agamanya sehingga memperoleh pongetahuan lebih tentang Islam. Meski demikian, rutinitasnya itu berkurang karena kesibukannya bekerja di luar kota. Kendati demikian, Anto selalu berusaha menjaga shalat lima waktu. Selama memeluk Islam, Anto mengaku merasa lebih dekat dengan Tuhan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement