Selasa 15 Jan 2019 18:07 WIB

Ketika 12 Ekspatriat Kisahkan Jalan Mereka Menuju Hidayah

Kegiatan ini sebagai upaya motivasi dan dakwah kepada masyarakat.

Rep: Kiki Sakinah/ Red: Nashih Nashrullah
Ratusan pengungsi tsunami Selat Sunda menggelar zikir dan berdoa bersama di Mesjid As-Salafiyah Caringin, Labuan, Pandeglang, Banten, Rabu (9/1/2019).
Foto: Antara/Muhammad Bagus Khoirunas
Ratusan pengungsi tsunami Selat Sunda menggelar zikir dan berdoa bersama di Mesjid As-Salafiyah Caringin, Labuan, Pandeglang, Banten, Rabu (9/1/2019).

REPUBLIKA.CO.ID,  JEDDAH – Sebanyak 12 wanita di Arab Saudi yang telah memeluk Islam mengungkapkan langkah pertama mereka menuju Islam. Ke-12 wanita tersebut adalah warga asing (ekspatriat) yang berasal dari sejumlah negara yaitu India, Inggris, Filipina, dan Sri Lanka.  

Akademi Moulana Hifzur Rahman Seoharvi menyediakan platform yang diadakan di Jeddah untuk para mualaf tersebut menceritakan kisah perjalanan mereka masing-masing dalam menemukan Islam. Akademi Seoharvi didedikasikan untuk dakwah dan penyebaran Islam di Kerajaan Saudi. 

Di samping itu, akademi ini juga berperan dalam membantu ratusan dan ribuan jamaah yang datang untuk menunaikan haji dan umrah.  

Setelah sukses menggelar sebuah acara untuk para pria yang kembali ke Islam bulan lalu, akademi itu kini memberikan penghargaan kepada para wanita yang menemukan kedamaian dalam Islam. 

Di acara tersebut, mereka menceritakan kisah tentang pencarian mereka dan kedamaian serta ketenangan, juga rintangan yang mereka temui dalam mengejar kebenaran.  

Masing-masing Muslimah itu menceritakan percobaan dan kesengsaraan dalam perjalanan mereka untuk masuk ke pangkuan Islam. Wakil Presiden Akademi Seoharvi, Farhana Masood Behjat, menyambut para tamu di acara yang digelar Senin (14/1) waktu setempat. Sementara Hafiz Fatima Nadeem memulai acara malam dengan pembacaan Alquran. Berikut ini enam dari 12 ekspatriat yang menuturkan keislaman mereka seperti dilansir  dilansir di Saudi Gazette, Selasa (15/1).  

Iman, yang berprofesi sebagai dokter gigi, menjelaskan bagaimana dia keluar dari kegelapan dan melihat cahaya Islam serta bagaimana dia menghadapi rintangan dalam perjalanannya.  

Mualaf lain, Batool, mengatakan ia adalah seorang Kristen yang taat sebelum menerima Islam. Pada masa pra-Islamnya, ia membantu membangun sebuah gereja di kota kelahirannya.  

"Namun, ada sesuatu yang hilang dalam hidup saya. Tidak ada kepuasan dan tidak ada kedamaian batin," kata Batool.

Upayanya untuk meraih kedamaian pikiran membawanya kepada Islam. Kini, ia adalah seorang Muslim yang bangga dan taat. 

Bagi Mualaf lain bernama Ayesha, pembacaan Alquran adalah pengalaman yang tidak bisa dia gambarkan dengan kata-kata.   

"Detak jantung saya meningkat ketika saya membaca surah al-Fatihah untuk pertama kalinya," ujar Ayesha.  

Ayesha mengatakan, dia mengalami perbedaan antara dua kehidupannya, sebelum dan sesudah Islam. Sebelumnya, kata dia, ia bingung dalam banyak hal. Namun kini, ia mengaku merasa puas. 

Meskipun beberapa masalah muncul dalam kehidupan sehari-harinya, namun ia tahu itu hanya fase sementara. Ia mengatakan, kepentingan hidup yang sebenarnya adalah di akhirat.  

Alina adalah seorang Katolik sebelum memeluk Islam pada 2001. Rekan-rekannya membimbingnya dan memberikan buku-buku tentang Islam kepadanya. 

Setelah membaca beberapa buku termasuk terjemahan Alquran dalam bahasa Inggris, ia menyadari bahwa Islam adalah agama yang murni dan nyata.  

"Hal terbaik adalah saya mengenali Allah, belajar banyak nilai yang tidak saya sadari. Sekarang saya menyesal telah menunggu untuk menerima Islam begitu lama," kata Alina.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement