Rabu 06 Sep 2017 15:17 WIB

Baca Surah Al-Anbiya', LoDuca Terperangah

Mualaf (ilustrasi)
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Alquran

Kendati demikian, daya kritis LoDuca tak tumpul begitu saja. Mosi tidak percaya agama itu tak membuatnya urung melakukan pembuktian. Ia merasa tidak cukup sekadar berpikir lebih baik tanpa agama. Layaknya para ilmuwan Barat yang empiris dan rasional, Danielle ingin membuktikan secara sistematis bahwa agama tidak lebih dari tipuan. Ia sengaja ingin melakukan itu.

Menariknya, kata LoDuca, dalam pembicaraannya dengan para pemeluk agama, khususnya selain Islam, ia sering melihat bahwa mereka tampak sekali ingin percaya. Seolah, tidak peduli berapa banyak kontradiksi atau kesalahan yang ditunjukkan kitab suci mereka. Mereka kesampingkan itu, tanpa sedikitpun daya kritis.

Jarang ia menemukan kitab suci itu sendiri yang meyakinkan mereka. Yang ada, mereka memutuskan untuk beriman, kemudian baru mempelajarinya setelah keputusan itu dibuat.

Atau, seperti kata teman LoDuca, "Islam tampak asing, jadi aku tidak pernah meliriknya. Kristen lebih akrab dan nyaman karena sebagian besar orang di sekitar saya Kristen. Jadi, ketika saya mencari Tuhan, saya memilih Kristen."

Danielle Lo Duca tidak ingin seperti itu. Secara pribadi, ia tidak pernah menganggap dirinya sengaja untuk mencari Tuhan. Konsisten dengan Bertrand Russel, ia telah memutuskan untuk percaya satu hal; agama hanyalah delusi palsu yang diagung-agungkan.

Walau pada kenyataannya, aku LoDuca, gagasan itu juga tidak dibangun di atas fakta-fakta tegas. Itu hanya asumsi. Ia tidak memiliki bukti. Ketika membaca buku-buku agama, ia sengaja mencari kelemahan. Sebuah pendekatan yang, kata LoDuca, membuatnya tetap objektif.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement