Kamis 18 May 2017 16:00 WIB

Tonton The Legacy of Prophet Muhammad, Lopez Menangis

Mualaf (ilustrasi)
Foto: wikipedia
Rasulullah

Suatu hari, ia kagum dengan teman Muslimnya yang tidak malu berdoa dan shalat di tempat umum, dengan lutut dan kepala di atas lantai. Sementara, aku bahkan terkadang malu untuk sekadar menundukkan kepala sambil memejamkan mata (berdoa) saat hendak makan di tempat-tempat umum.

Di lain hari, teman Muslimnya kembali ikut serta pergi ke gereja bersama Lopez. Di tengah perjalanan dengan menggunakan mobil itu, temannya memohon izin memutar CD Alquran di mobilnya karena ia sedang mempersiapkan diri untuk shalat. Agar sopan, aku mengizinkannya. Selanjutnya, aku hanya ikut mendengarkan dan menyimaknya, kata Lopez.

Hal yang tidak diduga pun terjadi. Ia masih ingat bagaimana ayat-ayat Alquran yang didengarnya memunculkan sebuah perasaan aneh. Perasaan itu berbaur dengan kebingungan yang tak bisa dijelaskan. gAku tidak bisa memahami mengapa diriku bisa mengalami perasaan semacam itu terhadap sesuatu di luar Kristen. Setelah pengalaman di mobil waktu itu, perasaan takut sekaligus ingin tahu ikut menyergapnya. Ia memutuskan melihat isi sebuah DVD berjudul The Legacy of Prophet Muhammad (Warisan Nabi Muhammad).

Usai memutarnya, Lopez menangis untuk alasan yang lagi-lagi tak dipahaminya. Ia mengagumi sosok Muhammad SAW dan belajar tentang bagaimana menjadi umat yang baik dari sosoknya. Lopez berkesimpulan, kedisiplinan dalam Islam membuatnya menjadi umat Kristen yang lebih baik dan itu menjadi alasannya untuk terus mempelajari Islam. Keingintahuan Lopez membawanya belajar lebih jauh tentang Islam dan ia sampai pada konsep monoteisme.

Aku berhenti sejenak, karena itu seperti sebuah persimpangan. Aku hanya berniat mempelajari kesamaan Islam dan Kristen, sedangkan monoteisme berlawanan dengan konsep Trinitas. Pada titik sulit itu, ia berusaha tidak terpengaruh oleh siapa pun, baik dari kelompok Kristen maupun Islam, sehingga ia memutuskan untuk mempelajarinya seorang diri.

Lopez pun membaca seluruh bagian tentang Yesus dalam Bibel dan menelaah kata-kata yang dikutip dari perkataan Yesus. Saat itu, ia menyadari bahwa ternyata Yesus mengajarkan monoteisme, bukan Trinitas seperti yang diyakininya sejak lama. Di sini aku menemukan bahwa pesan Yesus selaras dengan Islam.

Sampai di situ, Lopez merasa tertipu dan kecewa. Ia menyadari bahwa segala praktik agama yang diamalkannya bukanlah yang diajarkan Yesus. Yang terjadi adalah aku merasa dibelokkan dari menyembah Tuhan menjadi menyembah Yesus. Aku menjadi paham mengapa ada bagian dari Kristen yang tidak memercayai Trinitas.

Selesai dengan penjelasan Bibel, Lopez memberanikan diri meminjam salinan terjemahan Alquran dari seorang teman Muslim yang juga mengajarinya cara shalat. Lopez mulai melakukan shalat lima kali sehari untuk belajar karena ia belum menjadi Muslim. Setiap selesai, aku berdoa pada Tuhanku agar mengampuniku karena telah melakukan shalat, seolah aku telah melakukan sesuatu yang salah. Ada pertempuran dalam batinku.

Setelah beberapa lama pergolakan batin itu dirasakannya. Lopez akhirnya memutuskan untuk mengenal jauh tentang Islam. Namun, hingga hari penting itu, ia masih menyimpan perasaan takut. Hingga saat menyetir mobilnya, ia berdoa, Tuhan, lebih baik aku mati dan dekat dengan-Mu daripada hidup selama satu hari, namun jauh dari-Mu.

Lopez berpikir, mengalami kecelakaan mobil lebih baik dialaminya jika menuju Islamic Center San Diego untuk bersyahadat adalah pilihan yang salah. Ia tiba di tujuan dengan selamat dan mengikrarkan keislam annya di hadapan publik.

Jumat itu, 28 Agustus 2008, beberapa hari menjelang Rama dhan, Lopez memeluk Islam. Sejak itu, aku adalah seorang Muslim yang bahagia, yang mencintai shalat dan puasa. Keduanya mengajarkanku kedisiplinan sekaligus ke tun dukan kepada Tuhan. 

Disarikan dari Pusat Data Republika

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement