Selasa 05 Nov 2013 20:44 WIB

Maharathi Sarthi Umar: 'Islam, Nikmat Saya yang Paling Besar'

Maharathi Sarthi Umar, dua dari kiri, bersama jamaah dan pengurus masjid pusdai bandung usai ikrar syahadat
Foto: foto: damanhurizuhri/republika
Maharathi Sarthi Umar, dua dari kiri, bersama jamaah dan pengurus masjid pusdai bandung usai ikrar syahadat

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Ada kado istimewa bagi ratusan jamaah i'tikaf Masjid Pusdai Bandung, Jawa Barat, Selasa (5/11).

Bertepatan dengan datangnya Tahun Baru 1435 Hijriyah, jamaah i'tikaf yang kebanyakan dari kalangan mahasiswa itu, menyaksikan ikrar syahahat yang diucapkan Lalit Kumar Ratilal yang berubah nama mualaf menjadi Maharathi Sarthi Umar.

Setelah semalaman mereka mengikuti acara i'tikaf yang diisi dengan taushiyah dari sejumlah ustaz serta shalat malam yang diimami Ustaz Muhammad Yunus dari Tazkia Sentul, Bogor, usai shalat Subuh, mereka menyaksikan kesungguhan saudara barunya memeluk agama Islam.

Sejak 2006 tinggal di Indonesia, pria keturunan India ini, mengelola tujuh perusahaan yang bergerak di bidang geologi dan IT. Menurut Umar, begitu ia sekarang disapa, empat perusahaannya berada di Jakarta, satu di Sulawesi,  sisanya di luar Jawa.

''Sejak kecil, saya sudah menjadi yatim dan teman-teman saya banyak yang Islam. Saat di Jakarta bertemu dengan Haji Momo Maulana yang sudah saya anggap seperti ayah sendiri,'' ungkap Umar saat bincang-bincang dengan Republika usai ikrar syahadat di Masjid Pusdai Bandung, Jawa Barat, Selasa (5/11).

Presiden Direktur PT Business Consultant Authority of Indonesia (BCA) lebih lanjut mengungkapkan, sejak tinggal di Indonesia, dirinya melihat Islam agama yang berbeda. ''Saya banyak belajar arti tentang hidup, sangat indah. Saya hanya mendengar tentang agama adalah satu keyakinan,'' paparnya.

Lantas, apa makna Islam bagi pria bertubuh tegap dan tinggi ini? ''Bagi saya Islam itu, Is adalah gunung, al tidak goyah, iman nggak pernah goyah. Siapapun orang beriman tidak pernah goyah,'' tegasnya mantap.

Secara polos, Umar mengaku, hidayah itu datang menghampiri dirinya. ''Saya sering mendengar Alquran melalui televisi. Saat ayat-ayat Alquran dibacakan, tak terasa saya menangis,'' ungkapnya haru.

Begitu pula saat dirinya mendengarkan kumandang azan melalui layar televisi maupun melalui pengeras suara di masjid-masjid, tanpa sadar, dia sering menangis.

''Puncaknya hari ini, Selasa 5 November 2013 bertepatan dengan 1 Muharram 1435 Hijriyah. Usai shalat Subuh berjamaah, saya mengucapkan dua kalimat syahadat di hadapan ratusan umat Islam di masjid PUSDAI Bandung. Tanpa terasa, air mata tak bisa dibendung. Ini merupakan nikmat saya yang peling besar dalam hidup,'' ungkapnya penuh syukur.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement