Kamis 18 Jul 2013 19:58 WIB

Kisah Mualaf Kanada Jalani Ibadah Puasa

Rep: Bambang Noroyono / Red: Citra Listya Rini
Puasa (ilustrasi)
Foto: IST
Puasa (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, Berpuasa pertama kali di bulan Ramadan, menjadi pengalaman tidak mudah bagi seorang mualaf. Di Kanada, sekelompok mualaf menyadari, perlu untuk saling membantu melancarkan ibadah wajib bagi umat Islam tersebut.

Murad Ayalp, adalah seorang mualaf. Belum ada setahun dia menjadi muslim. Ramadan tahun ini pengalaman pertama kalinya. Sulit bagi dia mengetahui apa yang pantas dan yang tidak boleh dilakukan saat seorang muslim berpuasa.Ditambah lagi, urusan berdebat. Ayalp masih tinggal dengan keluarga besarnya di Calgary, Kanada.

''Berdebat adalah rutinitas tiap malam di keluarga saya. Mereka (keluarga) punya pikiran negatif tentang ibadah saya,'' kata dia saat bercerita kepada CBC News, Selasa (16/7).

Ayalp berpikir keras melawan stigma salah itu. Tapi, konversi agama yang dijalaninya memang perjuangan. Puasa pertama dia jalani dengan kesepian. Saat muslim dibelahan bumi lain berbondong menikmati santapan istimewa ketika berbuka puasa, Ayalp hanya makan sepotong roti tawar, sambil sembunyi-sembunyi.

''Saya benar-benar dicemplungkan ke dalam pengalaman yang baru. Aku tidak tahu apa-apa selain kepercayaan, dan tidak memiliki teman untuk berbuka puasa,'' ujar dia.

Namun, Ayalp yakin pengalaman itu tidak dia rasakan sendiri. Tidak lama dia pun bertemu dengan Erin Van Overloop.Mereka membentuk wadah yang diberi nama The Western Muslim Initiative. Kelompok ini menjaring mualaf yang masih bersembunyi dalam menjalankan keislaman.

Van Overloop mulanya seorang Katolik. Ramadan kali ini adalah pengalaman kedua baginya. Kelompok ini sebenarnya hanya semacam arisan. Tujuannya untuk menghubungkan mualaf-mualaf di wilayah perbatasan utara Amerika Serikat (AS) itu.

Bahkan, mereka tidak mengetahui berapa banyak warga sekitar yang menjadi muslim. Tapi aktivitas seperti itu dikatakan mereka bermanfaat. Mariah Brown, seorang teman Van Overloop bergabung dengan kelompok ini. Brown juga seorang mualaf. Brown mengucap syahadat saat dipinang kekasihnya untuk menikah.

Ramadan kali ini adalah pengalaman puasa ke dua kali baginya. Adanya dua sahabat baru, kata dia, adalah semangat baru. Ketiga teman baru ini setuju, untuk meramaikan puasa seperti laiknya muslim di belahan planet ini.

Mereka mengundi untuk menjadi tuan rumah untuk acara berbuka bersama. Tentu kegiatan tersebut tidak dimaksudkan untuk tujuan sosial dan mendulang pahala. Tapi hanya sekadar mencari teman seiman di tengah masyarakat yang belum tentu menerima kultur keberagaman dalam beragama.

Apalagi untuk menerima seorang muslim di tengah-tegah masyarakat dan keluarga. ''Apa yang kami lakukan hanya untuk menghubungkan lebih banyak saudara-saudara seiman. Kami juga butuh lingkungan yang dirasakan muslim lainnya,'' kata Ayalp.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement