Sabtu 14 Apr 2018 04:50 WIB

Pakar Fisika Jelaskan Fenomena Perjalanan Isra Mi'raj

Perjalanan Isra Mi'raj mungkin terjadi.

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Ani Nursalikah
Murid SD Islam Al Azhar berakting saat pementasan drama Isra Miraj: The Miraculous Night Journey di Gedung Balai Pemuda Surabaya, Jawa Timur, Jumat (13/4).
Foto:

Contohnya adalah fenomena gravitasi. Menurutnya, gravitasi adalah gaya paling lemah dari semua gaya yang ada di alam. Ia diduga bisa bocor ke dimensi lain.

"Idenya muncul dari lubang hitam, lubang cacing, lubang putih, Nah ini spekulasi, apakah Mi'raj itu perjalanan dimensi lain? Mungkin, apa mekanismenya seperti itu? wallahualam," kata dia.

Selain itu, jika Mi'raj adalah perjalanan ruhiyah, hal ini juga memungkinkan. Saat ini, masih belum ada pemahaman tentang kesadaran. Apakah kesadaran itu merupakan entitas yang terpisah dari badan atau tidak.

"Sekarang jika kesadaran itu entitas yang terpisah dari jasad, maka ada konsep ruh dan ya, Rasulullah bisa Mi'rajnya secara ruhiyah," kata dia.

Isra dan Mi'raj, Perjalanan Mahadahsyat Rasulullah

Dua spekulasi mi'raj ini dimungkinkan oleh sains masa kini. Saat ini, sains juga belum bisa menjelaskan konsep Sidratul Muntaha, langit ketujuh atau istilah lainnya. Ini adalah konsep sekian zaman dan penafsirannya berbeda tentang apa itu langit.

Husin menjelaskan bahkan sekarang ilmu pengetahuan malah makin bingung tentang konsep langit ketujuh. Karena alam semesta ini sangat luas dan tidak bisa diamati secara keseluruhan. Kemampuan teknologi sangat terbatas sehingga yang muncul hanya spekulasi.

 "Sains itu belum punya kelengkapan untuk menjelaskan fenomena ini, tapi kalau ditanya mungkin atau tidak? itu sangat mungkin," kata dia.

Prof Husin menyampaikan, baginya ini semua adalah fenomena keimanan yang memicu orang untuk berpikir. Manusia tidak bisa memahami kejadian sesungguhnya, katanya, tapi bisa menginspirasi kemungkinan perjalanan itu.

"Fenomena ini bisa memicu orang untuk mencari tahu mekanisme, tentang pergi ke bintang lain tidak harus lewat jalan konvensional," kata dia.

Pria yang telah mempublikasikan puluhan tulisan ilmiah ini mengingatkan pada sikap Abu Bakar Ash-Shiddiq tentang Isra Mi'raj. Perjalanan ini adalah domain keimanan. Saat ditanya percaya atau tidak, Abu Bakar menjawab 'lebih dari itu pun aku percaya'. "Ini memang di luar batas imajinasi kita, yang penting sekarang adalah oleh-oleh dari Isra Mi'raj ini, bahwa kita diajari Isra Mi'raj secara individu (shalat)," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement