Jumat 09 Feb 2018 13:01 WIB

Pemerintah Bulgaria Halangi Restorasi Masjid Bersejarah

Mereka minta restorasi masjid-masjid tersebut selama bertahun-tahun.

Rep: Kiki Sakinah/ Red: Muhammad Subarkah
Masjid Banya Bashi di Kota Sofia, Bulgaria
Masjid Banya Bashi di Kota Sofia, Bulgaria

REPUBLIKA.CO.ID,  SOFIA, BULGARIA -- Sebanyak 27 masjid era Ottoman di Bulgaria tengah menunggu untuk direstorasi. Karena menara, dinding dan pintu masjid-masjid tersebut telah roboh atau mengalami kerusakan yang cukup parah.

Namun, otoritas Muslim setempat mengeluh bahwa pejabat Bulgaria tidak mengizinkan adanya restorasi. Karena masjid-masjid itu tidak lagi memiliki menara, yang menyebabkan mereka dinyatakan sebagai 'situs bersejarah'.

Bulgaria memiliki sejumlah masjid, pemandian bersejarah Turki (hamams), dan situs bersejarah lainnya yang masih membutuhkan restorasi. Karena dikelilingi oleh situs arkeologi, Kantor Mufti Agung di Bulgaria mengatakan, beberapa masjid telah dinyatakan sebagai 'situs bersejarah', yang menghambat pemulihan dan penggunaannya oleh para jamaah. Kantor tersebut mengatakan, bahwa mereka telah mendesak secara legal untuk melaksanakan restorasi masjid-masjid tersebut selama bertahun-tahun.

Sejumlah masjid yang akan direstorasi di antaranya Masjid Fatih Mehmed yang terletak di kota bagian barat Kyustendil, Masjid Karaca Pasha di kota bagian selatan Gotze Delchev, dan Masjid Ibrahim Pasha di kota Razgrad.

Tantangan Birokrasi

Mustafa Izbishtali, mufti Sofia, mengatakan bahwa pemeliharaan masjid semakin sulit karena rintangan birokrasi. Pejabat setempat telah menghalangi upaya pemulihan Masjid Fatih Sultan Mehmed di Kyustendil selama 30 tahun lamanya. Izbishtali mengatakan, masjid itu dibangun pada 1531.

"Puncak lapisan logam pada kubah masjid telah dicuri bertahun-tahun lalu dan dijual ke kolektor barang-barang bekas. Karpet yang sangat berharga di masjid juga lenyap setelah dicuri dan dijual," kata Izbishtali, dilansir dari Muslim News, Jumat (9/2).

Ia mengatakan, pemerintah kota tengah melakukan segala upaya untuk menghapus sisa-sisa peninggalan umat Islam di Kyustendil. Menurutnya, mereka menunggu hingga menara masjid runtuh dengan cara menutupnya.

"Kotapraja Kyustendil ingin membasmi jejak-jejak Islam," lanjutnya.

Izbishtali mengatakan, bahwa mentalitas otoritas dapat disimpulkan sebagai, "Jika memiliki sebuah menara masjid itu adalah sebuah masjid, jika bukan maka itu adalah museum." Ia menambahkan, dari setidaknya 11 masjid Ottoman di kota Kyustendil saja, hanya ada dua masjid yang terbuka untuk ibadah dan dua lainnya ditutup untuk digunakan sebagai tempat ibadah. Dia mengatakan, bahwa dia berharap Turki akan membantu mempromosikan restorasi tersebut.

"Presiden Recep Tayyip Erdogan telah menunjukkan dengan sangat baik bagaimana melindungi tempat-tempat beribadah, terlepas dari kepercayaan mana yang dimilikinya. Pemulihan Gereja Sveti Stefan (St. Stephen atau Iron Church) di Istanbul adalah contoh bagus dari ini. Jika Erdogan tidak mendukung restorasi ini maka tidak akan ada yang mau," tambahnya.

Warisan Budaya

Menggarisbawahi bahwa masjid-masjid di kota-kota seperti Kyustendil dan Razgrad adalah warisan budaya yang sama, sang mufti mendesak Perdana Menteri Bulgaria Boyko Borisov untuk mendukung restorasi terhadap bangunan-bangunan tersebut. Izbishtali mengatakan, bahwa masjid harus dipulihkan menjadi tempat ibadah dan bukan museum. Seperti halnya gereja Bulgaria yang bersejarah di Istanbul.

Ulama setempat mengatakan, sekitar empat ribu umat Muslim yang tinggal di dekat perbatasan Yunani di kota Gotze Delchev terpaksa untuk shalat di sebuah masjid dengan kapasitas hanya 100 orang atau hanya di luar dinding masjid. Masjid Karaca Pasha misalnya, dibangun pada tahun 1400an dan telah dibiarkan rusak setelah kubahnya ambruk pada 2011. Masjid itu juga merupakan target serangan rasis berkala.

Aydin Muhammed, mufti dari Blagoevgrad, mengatakan bahwa masjid setempat ditutup untuk digunakan shalat yang setelah pejabat mengklaim ada sisa-sisa arkeologi di dekatnya.

"Semua pihak pemerintah harus melindungi struktur historis terlepas dari apakah mereka Romawi, Yunani kuno, atau Ottoman. Setiap batu bersejarah memiliki nilai tersendiri," kata Muhammed.

Ia mengatakan, masjid bukan hanya bagian dari Bulgaria, namun juga seluruh Uni Eropa. Seperti halnya Masjid Biru di Turki yang bukan hanya milik Turki tapi juga semua umat Muslim. Demikian pula, Masjid Karaca Pasha di era Ottoman, yang menurutnya tidak hanya milik negara. Namun, juga merupakan bagian dari warisan bersama seluruh Uni Eropa.

Muhammed menambahkan, bahwa komunitas Muslim siap mengembalikan fungsi masjid melalui cara mereka sendiri. Ia meminta para politisi untuk menghapus rintangan birokrasi dan melakukan pendekatan terhadap masalah tersebut secara lebih realistis.

Dia mengatakan, Uni Eropa bukanlah klub umat Kristen. Ia juga meminta semua orang yang tinggal di negara-negara Uni Eropa untuk melindungi masjid seperti Karaca Pasha. Bulgaria bergabung dengan Uni Eropa pada 2007 dan merupakan presiden UE saat ini.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement