Umurnya belum genap 20 tahun saat dilantik menjadi khalifah. Namun, Al Fatih tanpa ragu-ragu langsung memantapkan diri untuk membebaskan ibu kota Romawi Timur, Konstantinopel. Tapi bukan perkara mudah menaklukkan Konstantinopel.
Pengambilan keputusan itu jelas perlu keberanian tinggi. Alasannya, puluhan sultan yang hendak menaklukkan Konstantinopel selalu gagal. Ditambah bujukan pejabat Utsmani yang membisiki Al Fatih jika mereka takkan sanggup melawan aliansi Romawi Timur dan negara-negara Eropa.
Keberanian Muhammad II juga terbukti di lapangan. Beliau benar-benar berada di antara pasukan Muslim dan musuh. Padahal, mereka hanya berjarak puluhan meter. Lalu, karena Konstantinopel dikelilingi laut, maka saat melakukan itu guna memompa semangat juang pasukannya, beliau menceburkan diri bersama kudanya hingga permukaan laut mencapai dada kudanya.
Bahkan, saat berjihad di kawasan Balkan (Bosnia, Serbia, Kroasia, dan lain-lain) beberapa tahun kemudian, setelah pasukan beliau sempat dipukul mundur oleh pasukan musuh yang menghadang dengan meriam-meriam di balik pepohonan, Muhammad II berinisiatif memacu kudanya secepat mungkin mencapai hutan, tempat musuh berada. Tindakan yang diikuti serdadunya itu membuat musuh tidak sempat lagi menghujani mereka dengan mortir.
Al Fatih seorang pemimpin umat terbaik. Pemimpin yang mempunyai keberanian melebihi orang yang paling berani dari rakyatnya, bahkan tentaranya.
Ia berani membuat keputusan, berani mempersiapkan dan mempertahankannya hingga berhasil, dan berani melawan siapa dan apa pun yang menghadang, termasuk meriam sekalipun. Bagaimanapun, "Sesungguhnya imam (pemimpin/ kepala pemerintahan) itu seperti perisai (bagi rakyatnya)." (HR Muslim). Perisai berfungsi melindungi, dan selalu lebih dulu menghadapi ancaman dan serangan.