Kamis 24 Apr 2014 17:33 WIB

Nuh Menjadi Muara Nasab Manusia (1)

Pembuatan bahtera Nabi Nuh (ilustrasi).
Foto: Blogs.cnn.com
Pembuatan bahtera Nabi Nuh (ilustrasi).

Oleh: Rosita Budi Suryaningsih

Timur Tengah merupakan ibu dan pusat dari seluruh dunia.

Tepat sembilan generasi setelah Nabi Adam menjejak bumi, lahirlah seorang nabi mulia bernama Nuh AS. Seperti kita ketahui, dalam berdakwah dan memerangi orang-orang kafir, Nabi Nuh mengalami tantangan yang sangat berat.

Untuk itu, Allah pun melaknat kaum kafir tersebut dengan membuat mukjizat. Allah membuktikan kekuatannya dengan menciptakan sebuah bencana alam yang demikian dahsyatnya, air bah. Peristiwa ini bisa kita telaah dari Alquran, dijelaskan tepatnya dalam surah Hud ayat ke-38 hingga 44.

Air bah tersebut meluluhlantakkan seluruh permukaan bumi ini, menenggelamkan siapa saja yang kafir, yang tak percaya padanya berikut harta yang mereka miliki. Meski mereka mencoba menyelamatkan diri dengan naik ke puncak gunung seperti yang dilakukan putra nabi Nuh, yaitu Kan'an, tetap saja mereka tak bisa selamat. Semua musnah.

Hanya Nabi Nuh dan ketiga putra yang bisa selamat, terombang-ambing di atas kapal di tengah lautan berikut berbagai pasangan binatang di dalamnya.

Hingga akhirnya rombongan bahtera tersebut sampailah di tempat yang kini dikenal sebagai Jazirah Ibnu Umar, bagian timur Turki. Di atas Gunung Judi, bahtera tersebut terdampar hingga air yang tadinya demikian banyaknya tersebut telah kembali menghilang.

Dalam Atlas Sejarah Nabi dan Rasul karya Sami bin Abdullah bin Ahmad al- Maghluts, dijelaskan tentang kehidupan setelah bencana dahsyat tersebut terjadi. “Rombongan pun mulai keluar dan kemudian menetap di daerah tersebut,” tulisnya.

Ini menjadi babak baru dalam peradaban manusia karena merekalah yang menjadi manusia pertama yang masih tersisa, yang masih hidup karena selamat dari bencana air bah tersebut.

Tak memutuskan untuk menetap dalam satu wilayah selamanya, rombongan ini kemudian menyebar dan mulai bermigrasi. Mereka menuju ke arah barat daya, yang kini menjadi Jazirah Arab, kemudian menyebar lagi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement