Senin 19 Nov 2012 23:35 WIB

Aliran Ingkarus Sunnah (7)

Rep: Hannan Putra/ Red: Chairul Akhmad
Ilustrasi
Foto: blogspot.com
Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, Seandainya sunah itu dapat dijadikan sumber argumen, maka Nabi SAW tentu memerintahkan sahabat untuk mencatatnya, dan para sahabat dan tabi’in sesudahnya tentu berusaha untuk mengumpulkan. mencatat, dan memeliharanya dari kesalahan dan kemusnahan.

e). Adanya hadis yang digunakan kelompok ini untuk menolak kehujahan hadis dalam Islam.

Misalnya, Rasulullah SAW bersabda, “Hadis akan tersebar dariku, maka jika ada sesuatu yang kamu temukan bersesuaian dengan Alquran, berarti datang dariku, dan sesuatu yang kamu dapati bertentangan dengan Alquran, maka itu tidak berasal dariku.” (HR. Ahmad bin Hanbal).

Mereka berpendapat bahwa hadis tersebut menunjukkan bahwa pada akhirnya hanya Alquran yang menjadi hujah dalam ajaran Islam.

Menurut hadis itu, yang sesuai dengan Alquran diterima dan yang bertentangan dengan Alquran tidak diterima karena bukan dari Nabi SAW melainkan buatan orang lain yang ingin merendahkan Islam.

f). Hadis-hadis Rasulullah SAW sampai kepada kita melalui suatu proses periwayatan yang tidak dijamin terhindar dari kekeliruan dan keterlupaan, dan bahkan dan kedustaan. Oleh karena itu, nilai kebenarannya tidak dapat diyakini, tetapi berdasarkan dugaan (dzann).

Karena statusnya yang dzann itu, hadis tidak dapat dijadikan penjelas bagi Alquran yang diyakini kebenarannya. Berdasarkan semua alasan di atas, kelompok ini mempunyai prinsip bahwa sunah tidak perlu ditaati dan diamalkan. Satu-satunya sumber ajaran Islam bagi mereka adalah Alquran.

Kedua, kelompok yang menolak hadis-hadis Rasulullah SAW yang kandungannya tidak disebut dalam Alquran, baik secara implisit maupun eksplisit.

Artinya, mereka tidak mengakui otoritas hadis-hadis untuk menentukan hukum baru selain yang ditentukan oleh Alquran. Alasan yang dikemukakan kelompok ini tidak berbeda dengan alasan yang diberikan oleh kelompok pertama.

Pendapat kedua kelompok pengingkar sunah di atas jelas tidak dapat diterima oleh ulama pada umumnya, baik ulama fikih maupun ulama hadis. Imam Syafi’i termasuk ulama yang paling keras membantah pendapat itu.

Menurutnya, semua argumentasi yang dikemukakan oleh pengingkar sunah itu keliru dan terkesan dibuat-buat karena nas-nas yang mereka gunakan sebagai argumentasi dipahami secara sempit.

Dalam membantah argumentasi mereka, Imam Syafi’i mengatakan bahwa dengan menguasai bahasa Arab secara baik, semakin diketahui bahwa Alquran-lah sesungguhnya yang memerintahkan umat Islam untuk mengikuti sunah Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh periwayat-periwayat yang terpercaya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement