Senin 28 Oct 2019 13:25 WIB

Seperti Apakah Pendekatan Dakwah Wali Songo di Nusantara?

Para wali menggunakan metode luhur dakwahkan Islam di Nusantara.

Rep: Muhyiddin/ Red: Nashih Nashrullah
Wisatawan mengunjungi Masjid Menara Kudus peninggalan Sunan Kudus di Desa Kauman, Kudus, Jawa Tengah, Rabu (3/4/2019).
Foto: Antara/Yusuf Nugroho
Wisatawan mengunjungi Masjid Menara Kudus peninggalan Sunan Kudus di Desa Kauman, Kudus, Jawa Tengah, Rabu (3/4/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Para wali telah merumuskan strategi dakwah atau strategi kebudayaan secara lebih sistematis, terutama bagaimana menghadapi kebudayaan Jawa dan Nusantara pada umumnya yang sudah sangat tua, kuat, dan sangat mapan.

Dalam pengantar buku berjudul “Atlas Wali Songo” karya Agus Sunyoto, Prof  KH Said Aqil Siraj, mengatakan para wali memiliki metode dakwah yang sangat bijak. Mereka memperkenalkan Islam tidak serta merta, tidak ada cara instan, sehingga Wali Songo merumuskan strategi jangka panjang. Tidak masalah bagi mereka jika harus mengenalkan Islam pada anak-anak karena mereka merupakan masa depan bangsa.

Baca Juga

Kiai Said mengungkapkan, strategi para wali dalam mengembangkan ajaran Islam di bumi nusantara dimulai dengan beberapa langkah strategis. Pertama, tadrij (bertahap). 

Misalnya, ketika pribumi meminum tuak atau makan daging babi, maka secara bertahap para wali akan meluruskan perilaku mereka tersebut sesuai dengan ajaran Islam.

Kedua, adamul haraj (tidak menyakiti). Menurut Kiai Said, dengan cara ini para wali membawa Islam tidak dengan mengusik tradisi mereka, bahkan tidak mengusik agama dan kepercayaan mereka, tapi memperkuatnya dengan cara yang islami.

“Para wali sadar betul bahwa kenusantaraan yang multietnis, multibudaya, dan multibahasa ini bagi mereka adalah anugerah Allah SWT yang tiada tara,” kata Kiai Said.

Ajaran dan strategi dakwah para Wali Songo tersebut bisa teladani dan dikembangkan oleh para pendakwah saat ini sesuai dengan konteks zaman. Buku ini merupakan sumber referensi yang penting untuk dibaca oleh para mubaligh, bahkan oleh para akademisi, budayawan, dan aktivis sosial.

Agus Sunyoto dalam buku ini menjelaskan, gerakan dakwah Wali Songo merujuk pada usaha-usaha penyampaian dakwah Islam melalui cara-cara damai, terutama melalui prinsip mawidzatul hasanah wa mujadalah billati hiya ahsan, yaitu metode penyampaian ajaran Islam melalui cara dan tutur bahasa yang baik.

Pada masa itu, ajaran Islam dikemas oleh para ulama sebagai ajaran yang sederhana dan dikaitkan dengan pemahaman masyarakat setempat. Mereka mmebumikan Islam sesuai adat budaya dan kepercayaan penduduk setempat lewat proses asimilasi dan sinkretisasi.

Menurut penulis, pelaksanaan dakwah dengan cara ini memang membutuhkan waktu lama, tetapi berlangsung secara damai. Menurut Thomas W Arnold dalam The Preaching of Islam, tumbuh dan berkembangnya agama Islam secara damai ini lebih banyak merupakan hasil usaha para mubaligh dibandingkan dengan hasil usaha para pemimpin negara.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement