Senin 28 Jan 2019 08:24 WIB

Sultan Ottoman Ini Jantung dan Isi Perutnya Dipisahkan

Pemisahan bagian dalam tubuh itu untuk menghindari pembusukan dini.

Sultan-sultan Ottoman
Foto: Arabicpost
Sultan-sultan Ottoman

REPUBLIKA.CO.ID, Siapa yang tidak kenal dengan penguasa Ottoman, Sultan Sulaiman al-Qanuni. Pemimpin ke-10 dinasti adikuasa pada masa itu, menorehkan prestasi yang sangat luar biasa. 

Berkuasa selama 46 tahun, pria kelahiran 1494 M ini, disebut-sebut sebagai masa emas Dinasti Ottoman. Pada masanya lah, Ottoman mempunyai undang-undang dan sistem administrasi serta tata kelola perpajakan yang tertata rapi. 

Pada era kepemimpinannya, tak kurang dari 13 ekspedisi militer berhasil dijalankan. Jangkauannya mencapai Yunani, sebagian wilayah Persia (Iran kini), dan Afrika.

Tetapi, tahukah Anda jika akhir kematian dan nasib jasadnya tak seindah pencapaiannya selama hidup. Organ tubuh bagian dalam dari Sulaiman dikubur secara terpisah dengan fisiknya yang lain. Bagaimana hal itu bisa terjadi? 

 

Mengutip Arabicpost, pada 1566, Sulaiman memimpin ekpedisi militer ke Hongaria. Pada perang tersebut, Sulaiman dan pasukannya berhasil meraih kemenangan. 

Namun, nasib berkata lain dengan Sulaiman. Dia meninggal dunia pada 7 September 1566, bukan sebab peperangan, namun karena faktor usia dan fisik saat melakukan pengepungan Benteng Zigetvar. 

Menurut para sejarawan, diyakini jasad Sulaiman dipisahkan antara bagian dalam tubuh meliputi jantung, paru-paru, dan lain sebagainya dengan bagian tubuhnya yang lain.

Menurut pakar sejarah Ottoman Eclia Celebi, bagian dalam tersebut diambil dari tubuh Sulaiman lalu dimasukkan ke dalam kotak emas dan dikubur tak jauh dari tendanya berada selama pengepungan Zigetvar.

Mengapa hal ini dilakukan? Tindakan ini dilakukan justru agar jasadnya tidak membusuk selama dibawa pulang menuju Istanbul (Konstantinopel). Pada saat itu, suhu musim panas sangat menyengat sehingga bisa memicu pembusukan dini terhadap jasad sang khalifah. Jasadnya (selain bagian dalam) dimakamkan di Istanbul. 

Penasehat Sulaiman memutuskan untuk merahasiakan kematian sang khalifah selama hampir 48 hari. Ini agar semangat juang para tentara tidak melemah dan tidak terjadi intrik politik di istana selama perang. Tandatangan sang khalifah pun akhirnya dipalsukan selama era itu.

Seiring perjalanan masa, pada 2014 lalu, Pemerintah Turki bekerjasama dengan Hongaria, untuk membiaya proyek pencarian bagian dalam jasad Sulaiman. 

Tim peneliti yang dipimpin Neubert Bab tersebut berhasil mengungkap bahwa lokasi penguburan bagian dalam jasad itu berada di area persawahan yang ada diperbukitan. 

Setelah melakukan penggalian, kotak tersebut berhasil ditemukan bersama tulang belulang tak kurang dari 500 jenazah. Jasad bagian dalam itu pun lantas dibawa ke Turki dan dikubur bersama bagian lain jasad Sulaiman di Masjid Sulaiman al-Qanuni di Istanbul.     

    

  

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement