Jumat 16 Nov 2018 18:12 WIB

Jejak Dokter Perempuan di Masjid Nabawi dan Kepedulian Rasul

Rasulullah SAW memberikan perhatian penuh terhadap dunia pengobatan.

Rep: Kiki Sakinah/ Red: Nashih Nashrullah
Masjid Nabawi
Foto: Republika/Fitriyan Zamzami
Masjid Nabawi

REPUBLIKA.CO.ID,  Sumbangsih peradaban Islam terhadap perkembangan dunia kedokteran tak bisa dimungkiri lagi. Ar-Razi, az-Zahrawi, Ibn Zuhr, Ibn Sina dan Ibn an-Nafis hanyalah beberapa ulama atau cendekiawan yang telah banyak berkontribusi pada obat-obatan antara abad kesembilan dan ke-15.

Dilansir New Straits Times, Jumat (16/11), Direktur pada Pusat Studi Ilmu Sains dan Lingkungan Institut Kefahaman Islam Malaysia (Institute of Islamic Understanding Malaysia/IKIM), DR Syekh  Mohd Saifuddeen Syekh  Mohd Salleh mengatakan, bahkan selama masa Nabi Muhammad SAW, bidang pengobatan yang menyerupai prinsip kedokteran sekarang diberi kedudukan. 

Nabi Muhammad mendorong para wanita di keluarganya untuk belajar tentang obat-obatan dari wanita lain yang memiliki pengetahuan tentang hal itu. Sangat penting bahwa selama masa Nabi di Madinah, perempuan dihormati karena pengetahuan medis mereka.

Dalam karya at-Thabari yang berpengaruh, Tarikh al-Rusul wa al-Muluk, dinyatakan, perempuan bernama Rufaidah ditunjuk Nabi Muhammad SAW untuk mengelola sebuah rumah sakit lapangan di sekitar Masjid an-Nabawi di Madinah. Rumah sakit lapangan melayani mereka yang membutuhkan perawatan medis, serta tempat penampungan sementara bagi mereka yang baru saja tiba di kota.

Seorang jenderal Muslim, al-Ahnaf Ibnu Qais, yang hidup selama masa Nabi, menekankan bahwa pengetahuan medis adalah salah satu dari tiga bidang pengetahuan penting yang harus dikuasai umat Islam. 

Al-Ahnaf disebutkan telah mengatakan tidak ada orang yang berpengetahuan bisa mengabaikan tiga jenis pengetahuan, yakni pengetahuan untuk mempersiapkan dia di akhirat, pengetahuan untuk membantu dia dalam hidupnya di dunia ini dan pengetahuan medis untuk membantunya mengobati penyakit.

Dengan demikian, pengetahuan medis bukanlah hal asing bagi Muslim. Faktanya, dengan banyak inovasi dan kemajuan di bidang medis, kaum Muslim di masa lampau mendorong obat-obatan ke tingkat yang luhur. 

Sementara itu, obat modern dibuat di atas pengetahuan medis seperti yang dikembangkan oleh para cendekiawan Muslim di antaranya. 

Dalam buku Sejarah dan Peradaban Muslim, Ehsanul Karim menulis bahwa Ibn Sina menciptakan sistem pengobatan di mana praktik medis dapat dilakukan dan di mana faktor fisik dan psikologis, obat-obatan dan diet digabungkan.

Pembedahan modern tidak akan mungkin tanpa sumbangsih pikiran az-Zahrawi, yang dijuluki sebagai penemu pisau bedah, gergaji tulang, tang, gunting halus yang digunakan dalam operasi mata dan tali untuk jahitan internal.

Inokulasi juga bukan hal baru bagi umat Islam. Dua catatan pada 1714 dan 1716 menyoroti metode inokulasi yang digunakan dalam Kekaisaran Utsmaniah, yang kemudian diperkenalkan ke Inggris pada 1721 oleh Lady Mary Wortley Montagu, istri duta besar Inggris untuk Konstantinopel.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement