Kamis 12 Jul 2018 05:03 WIB

Ketika Dunia Terlupa Pembantaian Muslim Bosnia

Apakah mereka dilupakan karena korbannya Muslim? Semoga anda tak ikut melupakannya.

Rep: muhammad subarkah/ Red: Muhammad Subarkah
Monumen kuburan masal Muslim Bosnia di Srebrenica.
Foto:
Jembatan Mostar di Bosnia. Jembatan peninggalan Otoman ini sempat hancur pada perang Bosnia. Di kaki jembatan ada prasasti yang mengingatkan agar tak melupakan peristiwa pembantaian Muslim Bosni yang terjadi pada tahun 1995.

Pada jam-jam menjelang pembunuhan, Jendral Serbia Ratzko Mladic --yang menghadapi kini tuduhan kejahatan perang-- dalam sebuah video tertawa-tawa dan membagi-bagikan permen kepada pasukannya. Seorang wartawan veteran CNN, Christiane Amanpour, sempat merekam momen itu. Hasilnya, salah satu potongan video yang dibuatnya menjadi momentum hidup Amanpour yang  paling tidak bisa dihilangkan dari ingatannya,”Gambar itu menjadi sebuah tanyangan yang paling mengerikan yang pernah saya lihat dalam hidup saya."



Ironinya, petualangan dan kekejaman pasukan Serbia tak mendapat soroton yang layak. Komunitas internasional seakan tidak peduli. Pasukan PBB hanya sedikit sekali di Serbenica. Tempat itu yang seharusnya dijaga oleh 6.000 pasukan perdamaian, kala penyerbuan Serbia datang hanya dijaga sekitar 600 orang saja. Mereka tak berarti apa-apa karena hanya dilengkapi senjata ringan. Sedangkan pasukan Serbia menyerbu dengan senjata lengkap dan dilengkapi dengan tank serta senjata berat lainnya.



Memang ketika pasukan Mladic dan tentara Serbia Bosnia (kemudian ditulis Serbia saja, red) memasuki Srebrenica, pasukan penjaga perdamaian memasang melakukan sedikit perlawanan dan bahkan membatalkan serangan udara ketika orang-orang Serbia mengancam akan membunuh sandera Belanda mereka. Tapi mereka tak berdaya banyak. Bahkan, di kemudian hari, penjaga perdamaian ini dituduh merusak bukti video yang menandai aksi kelambanan mereka untuk menyelematkan warga Muslim Bosnida di Srebrenica.



photo
Bekas kamp pengungsi di Srebrenica. foto:muhammad subarkah

Sebuah catatan seorang warga Bosnia, Armin Rosen, menceritakan kekejaman itu.  Katanya, "Mereka culik warga dari pengungsian serta di tembaki di sekitar wilayah Srebrenica yang berbukit-bukit.

 Pasukan Serbia menahan hampir semua pria Muslim yang ada di daerah itu untuk 'interogasi'. Lebih dari 8.000 orang mereka bunuh pada hari-hari berikutnya,’’ kata Armin dalam tulisannya.



Akhirnya, dunia internasional pun tak tahan terhadap aksi kejam itu. Pembantaian itu menggugah opini internasional dan menyebabkan intervensi Amerika Serikat. NATO terpaksa masuk ke dalam perang sipil Bosnia. Alhasil, tak lama setelah penyerbuan dan pembantaian itu, bom NATO mulai dijatuhkan pada posisi Serbia. 



Alhasil, fajar perdamaian mulai muncul. Pada November 1995, Milosevic dan Presiden Bosnia Alija Izetbegovic menandatangani Kesepakatan Dayton yang ditengahi AS. Kesepakatan inilah yang menjadikan Bosnia sebagai satu negara sekaligus menciptakan sebuah 'republik' di belakang garis depan Serbia.

Menurut The New York Times, 6.930 mayat telah diidentifikasi dari 17.000 bagian tubuh yang ditemukan di lusinan kuburan massal Srebrenica. Seorang direktur jenderal Komisi Internasional untuk Orang Hilang, menulis dalam editorial di The Guardian sempat mengatakan: “Mereka yang tewas di Srebrenica pada Juli 1995 percaya mereka bisa lolos dari pembunuhan. Mereka pikir mereka bisa menghapus identitas korban mereka secara permanen. Sayangnya anggapan mereka salah!"

Dan ini terbukti lima belas tahun kemudian, yakni pada 26 Mei 2011, Jendral Ratko Mladic ditangkap dan ditahan di Serbia sebagai tersangka dalam pembantaian di Srebrenica itu. Kemudian pada Maret lalu 2017, delapan tentara Serbia lainnya ditangkap karena dicurigai ikut serta dalam pembunuhan. 



Ya itulah tragedi pembantaian baru atau genosida di abad moderen ini. Apakah orang masih peduli dan ingat? Apakah mereka dibiarkan saja karena mereka Muslim? Kalau benar celaka sekaligus ironis memang!


Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement