Rabu 25 Apr 2018 12:13 WIB

Masjid Warisan Imigran di Singapura

Masjid Abdul Gafoor didirikan Muslim India dan Suku Bawean.

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Ani Nursalikah
Masjid Abdul Gafoor yang terletak di Jalan Dunlop, kawasan Little India, Singapura.
Foto: Republika/Idealisa Masyrafina
Masjid Abdul Gafoor yang terletak di Jalan Dunlop, kawasan Little India, Singapura.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Singapura sebagai salah satu negara berumpun melayu, memiliki 15 persen penduduk Muslim. Di negara yang merupakan tempat wisata terkenal dunia ini, terdapat beberapa mesjid tersohor yang dibangun imigran India Muslim.

Salah satunya Masjid Abdul Gafoor yang terletak di Jalan Dunlop, kawasan Little India. Masjid ini didirikan pada 1859 oleh imigran Muslim India dan suku Bawean, Indonesia. Masjid ini awalnya adalah sebuah bangunan dengan partisi kayu dan atap genting yang dikenal sebagai Masjid Al-Abrar yang dibangun pada 1846.

Abdul Gafoor merupakan nama dari salah satu pengurus masjid yang kala itu berjasa menghubungkan Muslim Singapura yang hendak mewakafkan dananya demi pembangunan masjid. Pengumpulan dana itu berlangsung dari 1907 hingga ia meninggal dunia pada 1920. Kemudian sebagai bentuk penghormatan, nama tokoh tersebut menjadi nama masjid ini.

Arsitektur masjid ini didominasi warna kuning dan hijau, dengan bentuk bangunannya yang khas India serta Arab. Selama puluhan dekade, masjid ini menjadi tempat beribadah warga Muslim sekitar dan menjadi salah satu obyek wisata. Masjid ini dikukuhkan sebagai Monumen Nasional Singapura pada 5 Juli 1979.

Hingga kini masjid tua ini masih menarik minat para wisatawan dari berbagai mancanegara. Salah satunya pasangan suami istri dari Prancis dengan nama keluarga Gerard. Mereka mengetahui masjid ini dari putra mereka yang bekerja di Singapura.

photo
Masjid Abdul Gafoor. (Republika/Idealisa Masyrafina)

"Kami suka mengunjungi bangunan bersejarah. Lalu putra kami merekomendasikan masjid ini," ujar si istri berbincang dengan Republika.co.id saat ia mengenakan kain sarung yang disediakan masjid untuk menutupi rok pendeknya.

Dia mengaku mengagumi kemegahan bangunan tua tersebut, dan perasaan damai saat berada di dalamnya. Menurut salah satu pengurus masjid, Farid, ada sekitar 300-400 wisatawan mancanegara yang berkunjung ke sana setiap bulan.

"Di sini memang lingkungan India, tapi India Muslim tidak banyak. Banyak yang punya toko di sekitar sini. Kebanyakan jamaah bukan dari India, dan banyak juga turis," kata Farid.

Selain Republika.co.id dan dua turis Prancis tadi, terdapat tiga turis asal Cina yang juga mengelilingi masjid dan melihat- lihat berbagai sisi megahnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement