Ahad 18 Oct 2015 14:01 WIB

Masjid Chittagong Bangladesh yang Sederhana

Masjid Chittagong, Bangladesh.
Foto: archdaily.net
Masjid Chittagong, Bangladesh.

REPUBLIKA.CO.ID, CHITTAGONG -- Menempati kota terbesar kedua di Bangladesh, dengan mayoritas Muslim dari total 3,7 juta populasi penduduknya, Chittagong, memiliki mozaik yang menjadi kebanggaan penduduk setempat, Masjid Chittagong.

Sederhana, kesan pertama begitu lekat terhadap masjid yang yang rampung dibangun pada 2007 ini.

Namun, di balik kesederhanaannya, masjid tak meninggalkan unsur detail, futuristik, dan konsep yang ramah lingkungan.

Wajar bila masjid yang berlokasi di pinggiran Kota Pelabuhan Chittagong, Bangladesh, ini, pernah menyabet Penghargaan Aga Khan atas desainnya yang berani.

Arsitektur masjid ini tidak rumit, hanya berbentuk kubus, tanpa atap di beberapa bagiannya yang sarat dengan ventilasi udara. Masjid yang dirancang oleh arsitek muda Kashef Mahboob Chowdury ini sangat minim aksesoris dan hiasan yang jamak digunakan oleh masjid.

Bahkan, sang arsitek dengan berani menggunakan satu warna saja untuk balutan keseluruhan bangunan, yaitu putih. Dengan hanya mengandalkan satu warna, masjid yang dibangun di atas lahan seluas 1.048 meter ini bisa didaulat sebagai masjid tersederhana.

Kesederhanaan itu memang sesuai dengan ajaran Islam yang tidak boleh berlebihan dalam hal apa pun.

Identifikasi Sang arsitek tampaknya telah mengidentifikasi dengan baik elemen- elemen penting apa saja yang perlu didahulukan dalam mendirikan sebuah masjid.

Agar masjid yang dibangun itu memiliki artikulasi tersendiri. Bahkan, meski masjid ini minim aksesoris seperti pilar, kubah, dan pelengkap lainnya, masjid ini tetap terlihat modern.

Hasil dari identifikasi secara teliti, hasilnya pun cukup memuaskan sang arsitek. Masjid ini memiliki tipe monolitik dengan menggunakan desain dua struktur berbentuk kubus yang identik. Hal itu pertama bisa dilihat dengan adanya mihrab di depan, dinding batu berat yang diselingi dengan batu rendah, ventilasi sangat lebar.

Di bagian atas, terdapat ventilasi dan ruang pandang yang unik, menyerupai kelopak mata. Ini memberikan rasa keterbukaan bagi ca haya mentari di siang hari, dan di malam hari, lubang itu akan memendarkan cahaya layaknya sebuah mercusuar.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement