Ahad 19 Apr 2015 14:00 WIB

Harapan Rasulullah dengan Perubahan Nama Kota Yastrib

Rep: c24/ Red: Agung Sasongko
Masjid Nabawi di Madinah, Arab Saudi.
Foto: Republika/Tommy Tamtomo/ca
Masjid Nabawi di Madinah, Arab Saudi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dahulu, ketika Kaisar Romawi Timur, Konstantin ketika memindahkan ibukotanya dari Roma ke sebelah timur, dan menamakan kota itu Konstantinopolis, artinya kota Konstantin.

Menurut Ensiklopedia Nurcholish Madjid seandainya Nabi Muhammad adalah orang Yunani, maka Madînatun Nabî itu akan berbunyi Prophetopolis, kota Prophet atau kota Nabi.

Ini penting untuk dipahami, karena, menurut uraian para ahli, sebetulnya perubahan kota itu (dari Yatsrib menjadi Madinah) menunjukkan semacam agenda Nabi dalam perjuangan beliau, yaitu menciptakan masyarakat yang teratur.

Itulah memang yang beliau lakukan. Pada waktu itu, di Madinah ada banyak macam-macam suku, termasuk orang-orang Yahudi. Orang-orang Yahudi inilah yang menjadi bahan perselisihan.

Ada yang mengatakan mereka itu orang Arab yang masuk Yahudi, tetapi teori yang lebih umum mengatakan bahwa mereka adalah orang Yahudi yang terarabkan. Dikisahkan bahwa setelah orang Yahudi (dulu) ditindas oleh Titus pada tahun 70-an, maka mereka mengalami diaspora atau mengalami pengembaraan di muka bumi tanpa tanah air.

Sebagian mereka masuk Arabia, dan mereka tinggal di oase-oase yang subur, seperti Khaibar, Tabhuk, dan Madinah.

sumber: Ensiklopedia Nurcholish Madjid

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement