Rabu 20 Aug 2014 10:06 WIB

Masjid Agung Cotabato, Simbol Perdamaian di Teluk Moro (1)

Masjid Agung Cotabato, Filipina.
Foto: Pinoy-culture.com
Masjid Agung Cotabato, Filipina.

Oleh: Amri Amrullah

Masjid ini dibangun atas wakaf Sultan Hassanal Bolkiah untuk memperingati 25 tahun hubungan diplomatik antara Brunei dan Filipina.

Pada perayaan Idul Fitri 2011, kebanggan Muslim Filipina bangkit setelah sengketa antara komunitas Muslim dan Pemerintah Filipina di wilayah selatan.

Untuk pertama kalinya Muslim di Cotabato City, Provinsi Maguindanao, masuk dalam wilayah otonomi Muslim Mindanao, memiliki sebuah masjid. Bahkan, landmark masjid raya yang megah di Filipina.

Masjid Agung Cotabato atau dikenal Masjid Sultan Hassanal Bolkiah menjadi masjid terbesar di Filipina. Masjid ini terlihat apik dari timur laut Teluk Moro dan selatan Bandara Awang, Cotabato City.

Pembangunan masjid dimulai pada 2009 setelah kunjungan Yang Mulia Sultan dan Yang Dipertuan Sultan Brunei Darussalam Hassanal Bolkiah ke Manila.

Masjid dibangun atas wakaf Sultan Hassanal Bolkiah untuk memperingati 25 tahun hubungan diplomatik antara Brunei dan Filipina. Masjid Agung Cotabato menelan biaya pembangunan 48 juta dolar AS yang sebagian besar dana tersebut disumbangkan Sultan Hassanal Bolkiah. Kompleks masjid menempati lahan seluas 5.000 meter persegi.

Lahan tersebut disumbangkan mantan anggota legislatif wilayah Maguindanao, Didagen P Dilangalen. Desain arsitektur Masjid Agung Cotabato dirancang arsitek terkenal Filipina yang berkelas dunia, Felino Palafox Jr.

Perencanaan masjid mengikuti perencanaan perkotaan dari tata ruang di Cotabato, Filipina selatan, membuatnya memiliki posisi strategis dan indah di kawasan Teluk Moro.

Felino Palafox adalah arsitek yang terkenal dengan desain arsitektur bangunannya yang berkonsep green building. Dan, Masjid Agung Cotabato ini merupakan pertama kalinya ia terapkan pembangunan masjid berkonsep green building.

Walau demikian, desain masjid menerapkan standar baku arsitektur sebuah masjid dengan 14 kubah utama dan empat buah menara masjid.

Arsitektur menara masjid meniru model Masjidil Haram Makkah. Sedangkan, kubah masjid bercatkan kuning emas dengan warna bangunan berlatar warna putih dan pencahayaan emas. Sebuah air mancur menjadi penghias utama dari halaman depan masjid.

Perpaduan desain arsitektur dan warna bagus membuat masjid ini dianggap mahakarya arsitektur Islam terbaik di Filipina.

Pintu masuk utama masjid di depan wilayah air mancur. Masjid memiliki dua ruang shalat utama, terletak di tengah bangunan dengan dinding jala memisahkannya dari ruang wudhu. Lampu kaca kristal menggantung di ruang utama tempat shalat. Lampu kristal memberikan cahaya yang alami bagi ruang utama shalat, baik laki-laki maupun perempuan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement