Rabu 07 May 2014 20:43 WIB

Masjid Habiburrahman: Lapang, Terbuka, dan Leluasa (3-habis)

Masjid Habiburrahman, Bandung, Jaw Barat.
Foto: Indonesia.is
Masjid Habiburrahman, Bandung, Jaw Barat.

Oleh: Mohammad Akbar

Untuk bagian eksterior, masjid ini memperlihat bentuk yang mirip dengan bangunan dari Masjid Yayasan Amal Bhakti Muslim Pancasila.

Umumnya, masjid tersebut menginduk gaya arsitekturnya pada Masjid Demak. Dan, ini terlihat jelas pada bagian atap masjid.

Bagian atap Masjid Habiburrahman memiliki bentuk prisma. Atapnya bertumpang tiga. Namun, yang agak membedakannya terletak pada bagian teratas yang lebih menyerupai bentuk atap joglo.

Walau memiliki kemiripan bentuk seperti Masjid Amal Bhakti Muslim Pancasila, Indra menegaskan, sumber dana pembangunan masjid ini sepenuhnya berasal dari dana karyawan Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN), kini menjadi Dirgantara Indonesia. “Ini adalah infak karyawan, mulai dari tingkat bawah hingga direksi,” ujarnya.

Sementara itu, Indra mengatakan jika melihat bangunan dari dari udara maka akan terlihat bentuk bangunan yang menyerupai burung garuda yang sedang terbang. Bagian sayapnya, katanya, terdapat pada bagian utara dan selatan.

Pada bagian ini terdapat ruang perpustakaan dan bagian selasar. Hadirnya ruang perpustakaan itu, ia menambahkan, sebagai perwujudan masjid sebagai sumber ilmu pengetahuan.

“Jadi, ketika berkunjung ke masjid ini, tak hanya sekadar untuk melakukan ibadah, tetapi juga bisa sekaligus menambah ilmu pengetahuan yang ada di perpustakaan,” ujarnya.

Penghafal Alquran

Masjid Habiburrahman Bandung sejauh ini dikenal sebagai salah satu tempat yang banyak melahirkan penghafal Alquran (hafiz). Indra Wirasendjaja, Ketua Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) Habiburrahman menjelaskan, upaya itu telah dirintis sejak 1998 dengan mengembangkan program Santri Tahfidz Quran (STQ).

Hingga kini, kata Indra, kegiatan tersebut terus berjalan. Kegiatannya dilakukan setiap Sabtu sore hingga Ahad pagi. “Setiap satu bulan sekali kita menggelar acara mabit besar,” katanya.

Ia mengatakan bahwa program tersebut ternyata cukup banyak diadopsi oleh sejumlah masjid. Bahkan pada masa Ramadhan, proses menamatkan Alquran bisa dilakukan pada program iktikaf yang dilakukan pada 10 hari terakhir Ramadhan. “Setiap shalat malam, bisa ditamatkan tiga juz. Imamnya adalah hafiz yang dilahirkan dari program STQ ini,” ujarnya.

Program lain yang secara rutin digelar di masjid tersebut, yakni kajian setiap ba’da Zhuhur. Kajian dilakukan setiap Senin hingga Kamis.

Bahasannya seputar fikih, akhlak, dan hal-hal kontemporer lainnya. “Kami selalu berupaya untuk membuat masjid ini sebagai tempat pendidikan bagi umat.”

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement