Kamis 09 Jan 2014 14:33 WIB

Mengenal Istilah Haul (2)

Rep: Erdy Nasrul/ Red: Endah Hapsari
Gita Wirjawan menghadiri Haul Abuya Assayid Muhammad Bin Alwi Al Maliki Al Hasani di Pondok Pesantren Darullghah Wadda'wah, Kecamatan Bangil, Kabupaten Pasuruan.
Foto: ist
Gita Wirjawan menghadiri Haul Abuya Assayid Muhammad Bin Alwi Al Maliki Al Hasani di Pondok Pesantren Darullghah Wadda'wah, Kecamatan Bangil, Kabupaten Pasuruan.

REPUBLIKA.CO.ID, Haul juga digunakan untuk memperingati tokoh besar, seperti haul Syekh Nawawi al-Bantani. Tiap tahun, acara yang berlangsung di Pondok Pesantren an-Nawawi Tanara, Kabupaten Serang tersebut, dipadati ribuan peziarah. Peringatan hari wafatnya (haul) ulama besar asal Banten yang lahir di Tanara, Serang, 1230 H atau 1813 Masehi tersebut dirangkai dengan beragam kegiatan sebelumnya, seperti pembacaan riwayat hidup sang tokoh.  

Pimpinan Pesantren an-Nawawi KH Ma’ruf Amin mengatakan, Syekh Muhamad Nawawi al-Bantani yang wafat pada 1314 H atau 1897 H di Makkah memiliki semangat yang luar biasa besar untuk mempelajari agama Islam walaupun di Indonesia pada waktu tersebut di bawah penjajahan Belanda sehingga sulit bagi seseorang untuk menempuh pendidikan tinggi. 

Pada usia 15 tahun, tokoh yang mengarang ratusan kitab tersebut mendapat kesempatan pergi ke Makkah untuk menunaikan ibadah haji. Di sana, ia memanfaatkan kepergian untuk mempelajari ilmu-ilmu agama Islam di pusat tumbuhnya agama Islam. 

Ma’ruf mengatakan, karena penguasaan ilmu agama yang mendalam dan kepribadian yang santun dan rendah hati, pada 1860 Syekh Nawawi mulai mengajar di lingkungan Masjid Haram Makkah. Ia dikenal dengan nama lengkap Syekh Muhammad Nawawi bin Umar bin Arabi bin Ali al-jawi al-Bantani. “Kitabnya menjadi rujukan di seantero dunia,” ujarnya yang juga koordinator harian MUI ini. 

Selain itu, ada pula peringatan haul wali songo, habib, serta sejumlah masyayikh dan kyai. Mereka semua berjasa bagi perjuangan Islam dan Indonesia. Rangkaian kegiatan haul, antara lain, ziarah ke makam sang tokoh. Pelaksanaan zikir, tahlil, kalimat-kalimat baik, pembacaan Alquran, lalu disusul dengan doa bersama. Tak jarang pula, penyelenggara menggelar taklim atau ceramah agama di sela-sela acara. 

Haul merupakan salah satu upaya  mengingat kematian. Selama tidak disertai dengan kemusyrikan maka hukumnya boleh. Hadis riwayat al-Waqidi dalam Nahj al-Balaghah menyebutkan Rasulullah SAW suatu ketika berziarah ke makam syuhada Uhud. 

Sesampainya di Lereng Gunung Uhud, Rasul mengucapkan dengan keras, “Semoga kesejahteraan dilimpahkan kepada kalian berkat kesabaran kalian maka alangkah baiknya tempat kesudahan.” Kemudian, Abu Bakar, Umar bin Khatab, dan Utsman bin Affan melakukan hal sama. 

Haul juga bentuk dari ziarah kubur yang dianjurkan. Intinya adalah mengingat kematian. Semakin mengingat kematian, semakin membuat seseorang maksimal berbuat kebaikan. Oleh sebabnya, kebaikan tersebut akan menjadi bekal bagi hidup di akhirat nanti.ed: nashih nashrullah 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement