Selasa 18 Jun 2019 20:20 WIB

Introspeksi dan Janganlah Lalai

Menghadapi kehidupan setelah mati membutuhkan persiapan yang mapan.

Hari Kiamat (Ilustrasi)
Hari Kiamat (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menghadapi kehidupan setelah mati membutuhkan persiapan yang mapan. Barang siapa mawas, maka ia akan mempersiapkan diri sebaik mungkin dengan memperbanyak amal ibadah.

Adalah Yazid ar-Raqasyi, seorang bijak yang hidup pada era Abad Pertengahan, pernah berkomentar tentang pentingnya persiapan itu. Ia berkata pada dirinya sendiri yang kurang lebih bermakna introspeksi.

Ia sadar, kelak setelah mati, siapakah yang akan shalat dan berpuasa untuknya? Itulah, menangislah kalian semua bila kesempatan hidup tak digunakan sebaik-baiknya.

Menyadari keberadaan hari pembalasan yang begitu dahsyat, seorang cendekiawan kelahiran Baghdad, Ibn Abi ad-Dunya, mengarang sebuah karya khusus yang mengupas tentang apa dan bagaimana gambaran tentang hari kiamat tersebut.

Tokoh yang bernama lengkap Abdullah bin Muhammad bin Abid bin Sufyan bin Qais, Abu Bakar bin Abi ad-Dunya al-Baghdadi al-Qurasyi, melalui kitabnya yang berjudul al-Ahwal  itu tampaknya hendak menyampaikan satu pesan bahwa persiapan mutlak penting dilakukan untuk menghadapi hari itu. Hal ini ia lakukan atas dasar bahwa menurut pengamatannya, umat manusia kian lalai dengan dahsyatnya kiamat dan segala apa yang terjadi berikutnya.

Kehadiran kitab ini barangkali bukan karya pertama yang mengupas tentang hari kiamat. Teks-teks keagamaan menyangkut hari yang tak diketuahi kapan akan datang itu banyak didapati dalam Alquran atau hadis-hadis yang tercecer di berbagai kitab hadis utama.

Namun, kitab ini bagaimanapun unggul lantaran karya yang naskah manuskripnya diperoleh dari Perpustakaan ad-Dhahiriyah, Damaskus, Suriah, ini diklaim sebagai kitab yang pertama kali fokus dan secara spesifik mengumpulkan ayat, hadis, dan perkataan golongan salaf berkaitan dengan kiamat.

Total ayat yang berhasil ia tuliskan dalam kitab ini sebanyak 113 ayat. Jumlah hadisnya mencapai 90 hadis, dengan segala status dan derajat hukumnya. Sedangkan, perkataan salaf dengan ragam status validitasnya berjumlah 176. Berbagai teks tersebut, lalu oleh tokoh yang lahir pada 208 H itu, dibagi ke dalam tujuh bab utama.

Mengawali pembahasan kitabnya, Ibn Abi ad-Dunya yang terkenal fasih dan sastrawan itu mengemukakan tentang pentingnya memunculkan kesadaran bahwa kiamat seakan-akan datang tak lama lagi. Sikap ini akan membantu untuk lebih giat lagi berbuat kebaikan.

Ia pun menyitir hadis yang menyerukan serius beribadah karena tujuh hal. Salah satunnya ialah akan datangnya kiamat sebagai peristiwa yang teramat mengerikan lagi pahit.

Masih dalam hadis yang sama, keenam hal lainnya itu ialah menunggu kecuali kemiskinan yang dilupakan, kekayaan yang menyesatkan, sakit yang membinasakan, kepikunan yang meniadakan, kematian yang disiagakan, atau Dajal sebagai makhluk terjahat yang ditangguhkan kedatangannya.

Selain hadis tadi, tokoh yang pernah mengajar al-Muktafi Billah, salah seorang khalifah ke-18 Dinasti Abbasiyah yang terkenal berbudi luhur itu, mengutip pula sebuah hadis yang diriwayatkan dari Rasulullah. Dalam hadis riwayat Jabir bin Abdullah, Rasulullah mengisyaratkan kian dekatnya kiamat.

Nabi SAW mengibaratkannya jarak waktu terjadinya kiamat dengan dua jari, telunjuk dan jari tengah. Dan, begitu menyebut persoalan kiamat, ekspresi wajah Rasulullah mendadak berubah. Mukanya memerah, seperti kala ia menginstruksikan para tentara berperang. Bahkan, konon hari kiamat dijadikan sebagai bahan ejekan oleh orang kafir. Mereka meledek Rasulullah dengan menanyakan berulang kali kepadanya kapankah kiamat akan berlangsung?

Untuk menjawab pertanyaan itulah, maka turun ayat 43-44 surah an-Nazi'at: (Orang-orang kafir) bertanya kepadamu (Muhammad) tentang hari kebangkitan, kapankah terjadinya. Siapakah kamu (maka) dapat menyebutkan (waktunya)? Kepada Tuhanmulah dikembalikan kesudahannya (ketentuan waktunya).

Kiat sederhana

Kehadiran kiamat yang seakan menghampiri umat manusia itu pun memotivasi para salaf untuk meningkatkan kesalehan pribadi. Mereka tak menyia-nyiakan waktu dan sisa hidup yang dimiliki. Suatu saat, al-Ahnaf bin Qais, hendak berpuasa sunah. Ia pun ditanya perihal alasannya kerap menjalankan puasa itu.

Al-Ahnaf menjawab, amalan puasa yang ia lakukan adalah bekal dan tabungan berharga untuk menghadapi hari dengan tingkat kedahsyatan dan kengerian luar biasa. Ia pun membaca ayat ke-11 surah al-Insan: Maka Tuhan memelihara mereka dari kesusahan hari itu dan memberikan kepada mereka kejernihan (wajah) dan kegembiraan hati.

Ibn Abi ad-Dunya, kemudian menyebutkan kiat sederhana yang bisa dilakukan seseorang untuk menghadirkan kiamat. Cara itu sebagaimana yang tergambar di hadis riwayat Abdullah bin Umar. Rasulullah menyebutkan, jika hendak mendapatkan gambaran singkat tentang visual hari kiamat, ada baiknya ia membaca beberapa surah Alquran, antara lain surah at-Takwir: Apabila matahari digulung. Dan apabila bintang-bintang berjatuhan. Dan apabila gunung-gunung dihancurkan.

sumber : Islam Digest Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement