Kamis 13 Jun 2019 11:47 WIB

Kisah Keluhuran Akhlak Shalahuddin Al-Ayyubi

Barat mengakui keluhuran akhlak Shalahuddin al-Ayyubi.

Yerusalem
Yerusalem

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Akhir abad ke-3 Hijriyah, umat Islam harus menyaksikan Kota suci Yerusalem jatuh ke tangan pasukan Salib. Upaya umat untuk merebut kembali kota itu selalu kandas. Sampai 90 tahun kemudian, muncullah sosok Shalahuddin Al Ayyubi, Pembebas Yerusalem.

Shalahuddin Al Ayyubi adalah legenda ksatria sejati. Ia menampilkan citra yang berbeda dari gambaran Muslim yang ada di benak kebanyakan Kristen Eropa. Tak terkecuali, citra Muslim yang dibentuk Barat pada abad ke-21 ini. Shalahuddin Al Ayyubi adalah sosok yang mengejawantahkan Islam rahmatan lil 'alamin. Iman dan kasih sayang terhadap sesama menyatu dalam satu pribadi.

Ketika itu, fajar baru saja terbit. Sayup-sayup, terdengar suara perempuan menangis dari tenda kaum Kristen Yerusalem.  Orang-orang bergegas mendapatinya. Tampak perempuan itu menangis terisak-isak, layaknya kehilangan sesuatu yang amat berharga. "Bayiku hilang," jerit perempuan itu sambil bercucuran air mata, seperti dinukilkan Mahmud Syalabi dalam Shalahuddin al-Ayyubi.

Di antara tentara Shalahuddin, terdapat sekelompok prajurit yang bertugas menyusup ke daerah lawan pada malam hari. Mereka bertujuan untuk menculik orang-orang penting dari kemah pasukan lawan. Satu kali, ada seorang  prajurit yang salah mengambil bayi dari kemah lawan.

 

Hilangnya sang bayi di tengah malam itu langsung diketahui ibunya. Seketika, perempuan itu menangis terisak-isak dan menjerit. Ia pun kemudian dibawa menghadap rajanya. Mendengar kisah perempuan itu, sang raja menyarankan supaya ia menghadap Shalahuddin.

"Cobalah pergi menghadap Sultan Shalahuddin. Adukan masalahmu kepadanya. Aku yakin dia akan mengabulkan permohonanmu. Aku dengar dia seorang yang berhati lembut, penuh kasih sayang. Pergilah. Segeralah berangkat, mintalah anakmu kepadanya," kata sang raja.

Maka, pergilah ia ke kemah pasukan Muslim. Setelah perempuan itu mengisahkan kemalangannya, prajurit penjaga membawa si perempuan menghadap Sultan Shalahuddin. Perempuan itu pun jatuh terisak-isak di hadapan Sultan. Ketika itu, Shalahuddin tengah berada di atas kuda, di antara para pengawal. Ia sangat terharu mendengar kisah perempuan itu.

Segeralah Shalahuddin memerintahkan untuk mengembalikan bayi itu kepada ibunya. Malang tak dapat ditolak. Bayi itu rupanya telah dijual di pasar. Sultan kemudian menyuruh prajuritnya menebus kembali bayi itu. Setelah didapatkan, bayi tersebut kemudian dikembalikan pada sang ibu yang masih menanti. Alangkah bahagianya hati perempuan itu.

Shalahuddin begitu terharu melihat pertemuan keduanya. Ia memerintahkan prajuritnya mengantar perempuan itu kembali ke perkemahan. Peristiwa itu meninggalkan kesan mendalam di hati kaum Kristen Yerusalem, sekaligus menjadi bahan pembicaraan lawan-lawan politiknya. Ia dikenal sebagai "seorang yang berjiwa penuh kasih sayang."

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement