Rabu 12 Jun 2019 16:35 WIB

UIN Suka Tebar Semangat Guyub Rukun Lewat Syawalan

UIN Suka meminta semangat guyub rukun ditebarkan.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Nashih Nashrullah
Suasana Syawalan usai Hari Raya Idul Fitri 1440 Hijriah yang  digelar UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta di Gedung Amin Abdullah UIN, Rabu  (12/6).
Foto: Republika/Wahyu Suryana
Suasana Syawalan usai Hari Raya Idul Fitri 1440 Hijriah yang digelar UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta di Gedung Amin Abdullah UIN, Rabu (12/6).

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN – UIN Sunan Kalijaga (Suka) Yogyakarta menggelar Syawalan Hari Raya Idul Fitri 1440 H. Pada kesempatan itu, Rektor UIN Suka, Prof Yudian Wahyudi, meminta semangat guyub rukun terus ditebarkan.  

Dia menilai, Syawalan ini harus dimanfaatkan sebagai momentum menurunkan syahwat politik, paranoid, dan narsisme. Bahkan, sampai titik terendah hingga menajamkan kembali obyektivitas berpikir.  

Baca Juga

"Harus rela guyub rukun, menurunkan agoisme kita sampai titik terendah, setelah itu baru kita bisa rekonsiliasi," kata Yudian di Gedung Amin Abdullah UIN Suka Yogyakarta, Rabu (12/6).  

Sambil menanti putusan Mahkamah Konstitusi (MK) soal sengketa pilpres 2019, dia meminta akademisi memberikan contoh. Tidak usah lagi meributkan 01 atau 02, tapi saling memaafkan satu sama lain.  

Yudian mengingatkan, akademisi harus menjadi contoh bila berbeda pendapat itu sangat tidak masalah. Artinya, lumrah terjadi dan tidak boleh jadi alasan sebagai pemecah persatuan dan kesatuan. "Kita harus memberikan contoh, tindakan pertama yang bisa dilakukan dari kampus memberi contoh kepada bangsa Indonesia," ujar Yudian.  

Dia menekankan, nuansa halal bihalal usai Hari Raya Idul Fitri 1440 Hijriyah sangat penting. Momentum itu harus mempermudah kita dalam meminta maaf satu sama lain, yang selama ini dirasa sulit.

Bahkan, lanjut Yudian, melihat sejarah halal bihalal yang tidak ada di negara-negara lain memang merupakan perekat NKRI. Itu sekaligus membuktikan tingginya kecerdasan tokoh-tokoh bangsa.  

"Kecerdasan dalam rangka membawa agenda spiritual menjadi perekat persatuan bangsa, sebab saat halal bihalal tidak dituntut minta maaf, siapa saja meminta maaf siapa saja memaafkan," kata Yudian. 

Yudian berpendapat, halal bihalal turut menjadi salah satu rahasia umat Islam di Indonesia paling sulit dipecah-belah. Bahkan, hingga kini itu tidak dimiliki negara-negara lain.

Menurut Yudian, itu lantaran umat Islam di Indonesia terbiasa mengembangkan kehidupan berdasar kesepakatan. Itu yang membuat tidak cuma umat Islam, tapi masyarakat Indonesia kuat.

"Ini salah satu rahasia umat Islam Indonesia sulit dipecah-belah, sebab ada kesepakatan, ijtima atau konsensus selesaikan masalah, dan kita harapkan itu terjadi secara nasional," ujar Yudian. (Wahyu Suryana)

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement