Senin 27 May 2019 16:46 WIB

Memuliakan Tamu

Islam mengajarkan menghormati tamu.

Adab bertamu/Ilustrasi
Adab bertamu/Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Islam mengajarkan menghormati tamu. Penghormatan itu tidak sebatas pada tutur kata yang halus untuk menyambutnya, tetapi juga dengan perbuatan yang menyenangkan.

Memuliakan tamu merupakan tanda beriman kepada Allah SWT pada hari akhir. Rasulullah SAW bersabda, seperti diriwayatkan al-Bukhari dan Muslim. "Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaknya memuliakan tamunya."

Sementara itu, Imam Ahmad dan sejumlah ulama lainnya, seperti dikutip oleh Ibnu Katsir, berpendapat, wajib memberikan jamuan kepada orang yang singgah (tamu).

Saking besarnya hak tamu, Rasul memberi peringatan mereka yang tidak memuliakan tamu. "Tidak ada kebaikan bagi orang yang tidak menjamu tamu." (HR Ahmad).

Memberi jamuan kepada tamu merupakan kebiasaan yang sudah ada sejak lama, bahkan sebelum risalah Nabi Muhammad diturunkan.

Orang yang pertama kali melakukan perbuatan yang mulia ini ialah Nabi Ibrahim AS. "Orang yang pertama kali memberi suguhan kepada tamu adalah Ibrahim," sabda Rasul. 

Syekh as-Sa'di menjelaskan, "Sesungguhnya memberi jamuan kepada tamu (dhiyafah) termasuk sunah (tradisi) Nabi Ibrahim yang Allah SWT perintahkan kepada Muhammad SAW dan umatnya.

Allah mengisahkan jamuah Ibrahim tersebut dalam surah adz-Dzariyat sebagai bentuk pujian dan sanjungan bagi beliau." Memang, Rasulullah dan umatnya diperintahkan untuk mengikuti ajaran-ajaran Nabi Ibrahim.

"Kemudian, Kami wahyukan kepadamu (Muhammad): 'Ikutilah agama Ibrahim seorang yang hanif, dan dia bukanlah termasuk orang-orang yang mempersekutukan Rabb'." (QS an-Nahl [16]: 123).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement