Rabu 22 May 2019 19:43 WIB

Din Syamsuddin Imbau Rakyat dan Aparat Menahan Diri

Din Syamsuddin meyakini, provokasi tidak berasal dari peserta aksi damai

Rep: Fuji Eka Permana/ Red: Hasanul Rizqa
Ketua Dewan Pertimbangan MUI Din Syamsuddin
Foto: Republika/ Wihdan
Ketua Dewan Pertimbangan MUI Din Syamsuddin

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dewan Pertimbangan (Wantim) Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengimbau rakyat dan aparat keamanan untuk saling menahan diri. Masyarakat yang turun ke jalan diminta untuk tidak terhasut provokasi. Demikian pula, aparat yang bertugas diminta bekerja secara profesional, yakni menjaga keamanan rakyat yang sedang berunjuk rasa.

Ketua Wantim MUI, Prof Din Syamsuddin mengatakan, pihaknya merespons situasi terkini dengan memperkuat tausiyah kebangsaan yang telah sebelumnya diumumkan. Salah satu inti tausiyah itu mengimbau tiap elemen bangsa untuk dapat menahan diri.

Baca Juga

"Maka kami menyeru kepada semua pihak agar dapat menahan diri, baik rakyat maupun aparat (keamanan)," kata Din Syamsuddin kepada Republika.co.id di kantor CDCC, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Rabu (22/5).

Ia menyampaikan, rakyat yang ingin melakukan unjuk rasa untuk menyatakan pendapatnya sebaiknya dapat menahan diri. Rakyat jangan sampai terkena hasut dan provokasi supaya tidak melakukan tindak kekerasan dan anarkisme.

Ia juga menegaskan, agar aparat menahan diri supaya bisa secara profesional melaksanakan tugasnya mengawal rakyat yang melakukan unjuk rasa. Selain itu, Wantim MUI juga mengungkapkan rasa prihatin karena ada orang-orang yang meninggal dunia saat bentrokan terjadi.

Din menuturkan, pihaknya meyakini unjuk rasa yang dilakukan sekelompok masyarakat itu memiliki niat damai. Mereka melakukan buka puasa dan tarawih bersama, kemudian menggelar aksi damai hingga batas waktu yang ditentukan.

Namun, lanjut Din, diduga kemarin atau dini hari tadi di Jakarta ada sekelompok massa yang datang menghasut di akhir aksi damai. Karena itu, dia meyakini pelaku provokasi tidak berasal dari para peserta aksi damai yang sejak semula buka puasa dan tarawih berjamaah.

"Dapat diduga ada kelompok yang menghasut pada saat terakhir, ada kelompok massa yang datang dan memprovokasi, itu menurut kesaksian dari pimpinan ormas Islam yang hadir di lapangan (saat aksi unjuk rasa)," ujarnya.

Din juga mengingatkan, dalam bulan suci Ramadhan sebaiknya umat Islam tidak terlibat atau terjebak dalam konflik fisik. Kalau itu terjadi, niscaya akan mengganggu jalinan kebangsaan dan persaudaraan, khususnya bagi umat Islam.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement