Selasa 21 May 2019 08:39 WIB

Teknologi Makin Canggih, Muslim Indonesia Tampak Kian Syar'i

Di era revolusi teknologi 4.0, Muslim Indonesia tampak semakin syar'i.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Reiny Dwinanda
Pengunjung menghadiri Festival Roadshow Hijrah Fest 2019 di Medan, Sumatera Utara, Jumat (5/4/2019).
Foto: Antara/Septianda Perdana
Pengunjung menghadiri Festival Roadshow Hijrah Fest 2019 di Medan, Sumatera Utara, Jumat (5/4/2019).

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA – Revolusi teknologi 4.0 tidak hanya memengaruhi konsumen Muslim Indonesia dari sisi cara mereka menggunakan dan memanfaatkan teknologi. Aspek-aspek lain, baik dimensi spiritual keislaman, fungsional (teknologi), maupun gaya hidupnya juga terpengaruh.

Pengamat perilaku konsumen Yuswohady menilai, di era revolusi teknologi 4.0, Muslim Indonesia semakin religius, semakin terhubung, dan fun. Hal ini dinilai menjadi fenomena menarik, di mana tumbuhnya kecerdasan buatan malah menjadikan Muslim Indonesia semakin syar’i, bukannya atheis.

Baca Juga

“Konsep 4.0 jika disandingkan dengan spiritual saya kira akan cukup rumit. Ternyata semakin canggih Artificial Intelligence (AI), orang-orang Islam semakin religius di Indonesia, emosional-leisure-nya semakin terkoneksi,” kata Yuswohady yang juga managing partner lembaga riset Inaventure, dalam diskusi Muslim 4.0 di Jakarta, beberapa waktu lalu.

Kata hijrah juga menjadi salah satu kata terpopuler belakangan ini. Gelombang hijrah menjadi demam di mana-mana, khususnya di kalangan milenial Muslim. Yuswohady menilai, gaya hidup hijrah turut merevolusi industri halal.

 

Berbagai produk di luar makanan dan minuman mulai banyak yang mencitrakan diri sebagai produk halal. Misalnya kosmetik, kulkas, detergen, peralatan rumah tangga hingga fesyen ramai-ramai melabeli produknya dengan label halal.

“Tren ini seakan menjadi bola salju yang mendorong produk-produk lainnya belomba-lomba menjadikan halal sebagai proposisi nilai yang unik,” kata dia.

Ketika milenial Muslim memutuskan hijrah menjadi pribadi yang lebih baik maka gaya busananya juga berubah. Yang semula terbuka menjadi tertutup, yang tadinya ketat menjadi longgar mengikuti ketentuan agama yang ia yakini. Alhasil, menurut Yuswohady, fashion syar’i pun tidak ketinggalan gaya, banyak pilihan dan juga mulai berkelas.

“Tren hijrah juga merambah kepada berbagai lini kehidupan. Misalnya ekonomi yang berbasis keumatan, perusahaan syariah, fintech syariah, halal marketplace, platform berbasis syariah, konten islami, destinasi halal dan lainnya,” jelas dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement