Jumat 17 May 2019 17:17 WIB

Menguak Rahasia Rezeki

Ihwal rezeki yang kerap ditanyakan banyak pihak.

Rezeki/Ilustrasi
Foto: wordpress.com
Rezeki/Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Setiap orang selalu berharap dan berdoa agar senantiasa mendapat rezeki yang melimpah. Namun, tak ada yang bisa mengetahui kepastian mengenai rezeki. Soal kapan, di mana, dan jumlah rezeki yang akan diperoleh berada di luar batas kemampuan akal dan rasio manusia. 

Sang pemegang kendali dan pembagi rezeki bagi umat manusia hanyalah Allah SWT. Sang Khalik telah menentukan rezeki setiap anak Adam yang hidup di muka bumi ini. Ada yang mendapatkan limpahan rezeki, namun banyak pula yang pundi-pundi rezekinya terbatas.

Upaya manusia untuk mengais rezeki pun sangat beragam. Ada orang yang bisa meraup jutaan atau bahkan miliaran rupiah dalam sekali tanda tangan. Namun, banyak pula orang yang bekerja berat hanya mendapatkan belasan hingga puluhan ribu. Malah, tak sedikit orang yang pulang ke rumahnya dengan tangan hampa. 

Di balik setiap rahasia pasti terkandung hikmah. Syekh Muhammad Mutawwalli Sya'rawi, seorang tokoh yang piawai menafsirkan Alquran, dengan analisisnya yang tajam mencoba menuliskan hasil pemikiran dan renungannya terhadap satu dimensi utama manusia, yakni mencari rezeki. 

Syekh menjabarkan hal ihwal rezeki yang kerap ditanyakan banyak pihak. Menteri Urusan Wakaf dan Al-Azhar Republik Arab Mesir pada 1976-1978 itu menulis kitab berjudul Tilka Hiya al-Arzaq. Sebuah risalah sederhana yang berusaha menguak hikmah di balik sejumlah fenomena menarik soal pencarian rezeki.

Tokoh kelahiran Daqadus, sebuah desa di Provinsi Daqahlia, Republik Arab Mesir, memulai kitabnya dengan mengupas sebuah pertanyaan yang kerap dilontarkan anak Adam, Mengapa manusia ditakdirkan memiliki potensi dan kemampuan yang berbeda. Bukankah jika berkehendak, Allah pasti jadikan mereka dengan kapasitas dan kualitas diri yang sama?

Menurut Syekh Sya’rawi, di balik perbedaan tersebut ada manfaat dan hikmahnya. Allah SWT hendak menunjukkan dengan adanya perbedaan itu umat manusia bisa saling melengkapi satu sama lain, sebagaimana malam yang membutuhkan siang, ujarnya.

Allah SWT berfirman dalam surah al-Lail [92] ayat 1-4: Demi malam apabila menutupi. Demi siang apabila terang-benderang. Demi penciptaan laki-laki dan perempuan. Sungguh usahamu memang beraneka macam. Menurut Syekh Sya’rawi, ayat itu menunjukkan bahwa laki-laki dan perempuan, lemah dan kuat, mempunyai tugas dan peranan masing-masing. 

Sedangkan ayat keempat surah al-Lail, kata Syekh Sya’rawi, menunjukkan betapa usaha setiap manusia dalam menjemput rezeki amat beraneka ragam. Bisa dibayangkan apa yang akan terjadi jika kemampuan tersebut sama rata, tak akan ada lagi orang yang mau berprofesi sebagai pembantu, guru, tukang kebun, petani, ataupun nelayan. Syekh Sya’rawi menegaskan, dengan perbedaan itulah manusia saling melengkapi dan menguatkan.

sumber : Dialog Jumat Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement