Rabu 15 May 2019 01:42 WIB

Khusyuknya Shalat Jumat di Amsterdam

Berada di Belanda ternyata bukan halangan untuk meninggalkan shalat.

Ustaz Khumaini Rosadi
Foto: Dok Ustaz Khumaini Rosadi
Ustaz Khumaini Rosadi

REPUBLIKA.CO.ID,  Oleh: H. Khumaini Rosadi, SQ, M.Pd.I )*

Shalat Jumat berbeda dengan shalat wajib lainnya. Tertinggal satu rakaat saja, itu sudah maksimal. Jika imam sudah I’tidal pada rakaat kedua, makmum masih belum melakukan takbiratul ihram, maka tidak ada kesempatan lagi disebut berjamaah Shalat Jumat.

Statusnya sudah terbilang meninggalkan Shalat Jumat. Sedangkan Shalat Fardhu setiap hari, selama makmum masbuq masih bisa ikut bareng duduk bareng bersama imam di rakaat terakhirnya, maka ia sudah termasuk mendapatkan keutamaan shalat berjamaah.

Seperti yang ditanyakan oleh Erwien Samantha Yustiawan pada (14/5/) tentang status makmum masbuq pada shalat Fardhu yang hanya mendapatkan duduk tawarruk (duduk Tahiyyat terakhir dalam shalat) apakah sah atau tidak? Jawabannya adalah tetap sah dan mendapatkan nilai berjamaah.

Sementara dalam Shalat Jumat, makmum masbuq harus mendapatkan rakaat imam yang kedua, jika tidak, maka tidak sah Shalat jumatnya, dan terbilang orang yang tidak melakukan Shalat Jumat. Erwien, Warga Indonesia asal yang sudah sepuluh tahun lebih tinggal di Belanda dan bekerja menjadi IT di Perusahaan Komunikasi Belanda.

Berada di Belanda ternyata bukan halangan untuk meninggalkan shalat. Shalat berjamaah di sini tetap bisa dilakukan, meskipun masing-masing orang sibuk bekerja. Dan bisa dikatakan tinggal di Belanda harus gila kerja. Kalau tidak kerja bisa stres, karena kebutuhan hidup sehari-hari semua serba mahal. Termasuk blasting atau pajak yang terbilang tinggi.

"Bahkan kebiasaan di Belanda, sudah pensiun pun masih saja suka bekerja, kalau sudah kumpul uangnya, digunakan untuk vakansi atau liburan," ungkap Sri Barokah – Pemilik Waroeng Barokah di daerah Oosdorp, Amsterdam.

Khutbah Jumat disampaikan dengan 3 bahasa. Sekali-kali diselipkan bahasa inggris, untuk menyapa jamaah mualaf Belanda dan warga asing. Sekali-sekali diselipkan bahasa Arab, untuk menyampaikan kepada jamaah kewarganegaraan Turki dan Maroko.

Tentunya kebanyakan materi disampaikan dengan bahasa Indonesia, untuk menunjukkan ciri khas Masjid Indonesia yang juga dijadikan sebagai pusat kebudayaan Indonesia di Amsterdam.

Jika ada pengunjung Belanda yang baru mendarat di Bandara Schipol, lalu mencari masjid terdekat dari arah Schipol, pasti yang keluar pertama kali adalah masjid Indonesia PPME al-Ikhlash Amsterdam.

Letaknya yang berdekatan dengan bandara kurang lebih sekitar 15-20 menit saja dengan mobil pribadi, menjadi semakin banyak dikunjungi oleh Muslim mancanegara yang akan melakukan kewajibannya shalat jumat.

Shalat Jumat dilakukan sebagaimana jadual shalat Zuhur di Amsterdam, yaitu pukul 01.40. tetapi sambil menunggu jamaah lain yang masih dalam perjalanan menuju masjid, karena biasanya masjid ini menampung sampai 200 jamaah.

Pengurus masjid PPME memberikan kesempatan toleransi sampai pukul 14.00 untuk memulai kegiatan Shalat Jumat. Seperti biasa, diumumkan dahulu tentang laporan keuangan dan petugas Jumat oleh pengurus.

Setelah kumandang adzan pertama, khatib naik mimbar dan memberikan salam. Selanjutnya dikumandangkan adzan kedua. Setelah itu Khatib Jumat menyampaikan dua khutbahnya.

Semoga Ramadhan di musim dingin di Belanda ini, tidak melunturkan semangat untuk selalu melakukan kewajiban dan berjamaah di masjid. Sehingga masjid menjadi makmur dan rasa persaudaraan semakin erat.

*Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Ichsan Bontang, Dai Tidim Jatman,  Dai Ambassador Cordofa.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement