Rabu 08 May 2019 16:56 WIB

Kemenag Paparkan Konsep Toleransi kepada Para Mantan Teroris

Dirjen Bimas Islam Kemenag paparkan konsep toleransi dan rahmatan lil alamin

Rep: Fuji Eka Permana/ Red: Hasanul Rizqa
Dirjen Bimas Islam, Prof Muhammadiyah Amin menjelaskan konsep Islam Rahmatan Lil Alamin di hadapan para mantan teroris dan mantan napi teroris, Rabu (8/5).
Foto: Dok Kemenag
Dirjen Bimas Islam, Prof Muhammadiyah Amin menjelaskan konsep Islam Rahmatan Lil Alamin di hadapan para mantan teroris dan mantan napi teroris, Rabu (8/5).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) mengundang sejumlah mantan narapidana kasus terorisme dan keluarganya di Hotel Arya Duta, Jakarta Pusat, Rabu (8/5). Dalam kesempatan ini, Kementerian Agama (Kemenag) juga hadir untuk mengisi sesi sosialisasi tentang sifat rahmatan lil 'alamin agama Islam.

Menurut Dirjen Bimbingan Masyarakat (Bimas) Islam Kemenag Muhammadiyah Amin, konsep rahmat bagi seluruh alam (rahmatan lil 'alamin) perlu dikomunikasikan kepada para mantan teroris dan mantan napi teroris. Dalam pemaparannya, dia menyebut adanya empat karakteristik cabang rahmat itu, yakni pluralis, humanis, dialogis, dan toleran.

Baca Juga

Amin menambahkan, keempat sikap beragama itulah yang sesuai dengan watak kebangsaan Indonesia. Seperti diketahui, negeri ini amat majemuk, tetapi tetap menjaga persatuan dan kesatuan di tengah masyarakat.

"Yang saya maksud dengan pluralis adalah sikap beragama yang mampu menjalin relasi dengan siapapun tanpa memandang perbedaan agama, suku, bangsa, ras atau hal lain yang membedakan seseorang dengan yang lain," kata Muhammadiyah Amin melalui kepada Republika.co.id, Rabu (8/5).

Dia melanjutkan, adapun humanis itu sikap beragama yang mampu memanusiakan manusia serta menjunjung tinggi hak asasi manusia (HAM).

photo
Dirjen Bimas Islam, Prof Muhammadiyah Amin menjelaskan konsep Islam Rahmatan Lil Alamin di hadapan para mantan teroris dan mantan napi teroris, Rabu (8/5). (Dok Kemenag)

Dialogis menurutnya adalah bersikap akomodatif terhadap pelbagai ragam pemikiran yang berbeda. Dengan begitu, setiap persoalan yang mungkin muncul dari interaksi sosial dapat didiskusikan dengan baik, bukan malah menempuh jalan kekerasan.

Amin menjelaskan, toleran berarti memberi kesempatan kepada kalangan yang berbeda untuk melakukan hal-hal yang diyakininya dengan aman dan damai.

"Dengan menjalankan empat karakteristik beragama seperti itu, sikap beragama warga Muslim Indonesia pernah menuai pujian dunia, majalah Newsweek dan Time pada era 90-an, pernah menyebut karakter Islam di Indonesia sebagai wajah Islam yang ramah," ujarnya.

Dirjen Bimas Islam menegaskan, Indonesia sebagai negara dengan populasi Muslim terbesar di dunia. Baginya, Indonesia memiliki kewajiban moral untuk menyebarluaskan sikap beragama dengan karakter rahmatan lil 'alamin.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement